Berlarutnya intrik dan konflik diantara umat Kristen dan Muslim di Malaysia menjadi salah satu perhatian utama dunia terhadap kasus intoleransi yang kerap terjadi saat ini. Bersamaan dengan konflik antar agama itu, persaingan politik pun memanas. Karena itu kemungkinan terjadinya rekayasa konflik dimungkinkan terjadi.
Intimidasi kerap saling terjadi antara umat Kristen dan Muslim. Aksi pelemparan gedung gereja, berikut pelarangan pemutaran lagu rohani, penggunaan kata Allah, berikut tuduhan Kristenisasi tertuju langsung kepada umat Muslim. Sementara itu provokasi pelemparan kepala babi ke beberapa Masjid juga tertuju langsung kepada Kristen radikal.
Naum banyak kalangan kini di Malaysia menyadari bahwa hal ini terjadi karena rekayasa politisasi kepentingan kelompok tertentu. Aparat kepolisian pun cukup sigap dengan menangkap empat orang yang diduga menyulut dan memperkeruh hubungan beragama disana. "Ada pihak-pihak tertentu yang ingin umat Kristen dan Muslim Malaysia saling membenci" ungkap Pdt Eu Hong Seng, Minggu (05/02).
Kesadaran diantara masyarakat disana pun perlahan pulih untuk bisa membaca bahwa konflik yang terjadi bertujuan merusak negaranya. Karenanya hingga kini sikap kehati-hatian dalam bertindak, dilakukan mayoritas di Malaysia. Umat Kristen Malaysia pun kini sadar untuk tidak terpancing kepada jebakan intoleransial dari pihak tidak bertanggungjawab.