Adalah sebuah kebanggaan tersendiri menyaksikan bahwa negara kita mempunyai sebuah pesawat khusus kepresidenan yang mempunyai fasilitas dan sistem keamanan tingkat tinggi. Bukan hanya sebagai “nilai harga diri” dimata negara lain, namun keselamatan pemimpin negara beserta jajarannya dapat terjamin.
Mungkin belumlah menyamai kedigdayaan pesawat kepresidenan tersohor dunia, Air Force One kepunyaan Amerika Serikat. Namun pemerintah Indonesia telah menganggarkan pembelian pesawat kepresidenan berjenis Boeing Business Jet. Bukan rencana, bukan juga mengenai jenisnya. Namun, meskipun telah dianggarkan, harga pesawat tersebut terlalu mahal untuk direalisasikan saat ini. Harganya Rp526 miliar!
Kemungkinan pembelian pesawat itupun dimungkinkan terjadi, dikala situasi dan kondisi rakyat yang kini “gelap gulita” terhadap laju ekonomi, sosial juga moral yang mewabah mulai tingkat atas hingga kebawah. Padahal harga beli pesawat tersebut, jika dialihkan ke sektor lainnya seperti infrastruktur pembangunan umum seperti jembatan dipelosok hingga pendidikan, akan menyentuh langsung kebutuhan rakyat yang paling utama.
Jika mau kritis lagi membedah mengenai pembelian pesawat ini adalah, seberapa seringkah presiden melakukan kunjungan ke luar negeri, ketimbang “keharusan” mengunjungi rakyatnya dipelosok tanah air? Alih-alih sebuah kebanggaan, malah nantinya pesawat ini akan menjadi pemborosan, karena biaya perawatan yang tidak sedikit, berikut juga hutang menggunung untuk melunasi peminjaman belanja negara.
Berkaca pada Amsal 22:7 “Orang kaya menguasai orang miskin, yang berhutang menjadi budak dari yang menghutangi,” dalam hal pembelian pesawat ini, bukanlah menjadi Kebanggaan, jika pemerintah tetap merealisasikan untuk membelinya. Bahkan mencapainya melalui Hutang dikala kondisi rakyat yang sepantasnya lebih diperhatikan. Hutang dan pemborosan yang konsumtif hanya akan membelenggu kehidupan rakyat, dan merampas kemerdekaan sesungguhnya yang lama dicita-citakan.
Sumber : Jawaban.com - Daniel Tanamal