Di dalam Alkitab kita tahu bahwa kebenaran dinyatakan setahap demi setahap. Satu langkah demi satu langkah. Bagi orang yang belum diselamatkan, hal terutama dalam hidup ini adalah diselamatkan. Hal yang terutama yang perlu direnungkan dan dihayati, sesuatu yang sungguh harus diperoleh adalah keselamatan jiwa. Jika Anda sudah diselamatkan, puji Tuhan! Langkah pertama sudah kita lewati! Jika belum, maka Anda dalam bahaya besar. Dan jika Anda sudah diselamatkan, maka langkah berikut kita adalah bagaimana kita membangun hidup ini supaya sepadanan dengan Injil Yesus Kristus. Jangan dibalik menjadi Injil dipadankan dengan hidup kita. Bukan Injil yang diubah, tetapi hidup kita yang harus diubah.
Dalam rangka inilah kita sebagai manusia, sebagaimana manusia sudah tersebar di seluruh dunia dan di seluruh bangsa sudah terbangun beraneka ragam adat istiadat, muncul banyak pertanyaan sejauh mana orang Kristen harus mengikuti adat-istiadat yang tidak melanggar kebenaran firman Tuhan.
Besok sebagian orang Tionghoa akan merayakan hari raya Imlek dan ini adalah momen yang cukup tepat untuk berbicara masalah adat-istiadat. Banyak adat istiadat dari suku-suku bangsa yang kita tidak ketahui jika kita tidak berada di dalamnya. Orang Tionghoa tahu banyak hal mengenai adat istiadatnya saja. Demikian juga dengan orang Batak, Manado, dan suku-suku lainnya lebih tahu adat istiadat mereka sendiri. Dan ada banyak sekali pertanyaan yang muncul dalam rangka seminar dan Tanya jawab mengenai sejauh mana adat istiadat itu boleh diikuti.
Rasul Paulus menuliskan di dalam surat Galatia 1:14, "Dan di dalam agama Yahudi aku jauh lebih maju dari banyak teman yang sebaya dengan aku di antara bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyangku." Apakah Paulus kemudian meninggalkan adat istiadat nenek moyangnya? Di dalam Kisah Rasul 28:17 Paulus mengatakan, "Saudara-saudara, meskipun aku tidak berbuat kesalahan terhadap bangsa kita atau terhadap adat istiadat nenek moyang kita, namun aku ditangkap di Yerusalem dan diserahkan kepada orang-orang Roma." Tetapi, jika kita membaca Matius 15:3, Tuhan Yesus memberi jawab kepada orang-orang Farisi dan ahli Taurat, "Mengapa kamu pun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu?" Yesus dengan sangat tegas mengecam orang Yahudi yang sangat memelihara adat istiadat nenek moyang tetapi melanggar firman Tuhan. Jelas hal ini tidak boleh terjadi di dalam kekristenan, kita tidak boleh melanggar ketetapan firmanNya karena lebih mementingkan adat istiadat.
Dapat dikatakan bahwa setelah seseorang bertobat dan percaya Tuhan Yesus tuntutan Alkitab hanyalah kita harus meninggalkan dosa. Jikalau di dalam adat istiadat ada hal-hal yang bisa mendorong orang untuk berbuat dosa, janganlah lakukan itu. Dalam rangka meninggalkan segala dosa sangat mungkin ada banyak adat istiadat yang harus kita tinggalkan yang ada sangkut-paut dengan dosa di dalamnya.
Di dalam hal adat-istiadat ada banyak hal positif dan juga ada hal negatif. Dari segi negatif ada hal-hal mistik di dalam adat istiadat dan kita harus hati-hati di dalamnya. Sekali lagi, seruan Tuhan untuk orang Kristen yang sudah lahir baru adalah meninggalkan dosa, yaitu meninggalkan hubungan kita dengan iblis. Tanggalkanlah adat istiadat yang disusupkan oleh iblis di dalamnya.
Hal kedua yang perlu mendapatkan perhatian adalah masalah adat istiadat berkaitan dengan moral. Paulus berbicara di dalam I Korintus 9:20-22, "Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat. Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat. Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka." Tetapi hal yang terpenting adalah jangan sampai kita ikut-ikutan sampai melupakan dua hal ini, yaitu masalah spiritual dan masalah moral.
Dalam mengikut adat-istiadat ada hal positif dan negatif. Sebagai orang Kristen, kita perlu hati-hati mengenai ini. Kata hati-hati ini mempunyai arti yang sangat penting. Jadi orang Kristen kita bisa salah langkah dan terjerembab karena tidak hati-hati. Oleh sebab itu, di dalam mengikuti adat istiadat kita perlu berhati-hati. Pakaian yang kita pakai tidak akan salah, jika pakaian itu sopan dan teratur. Jangan mengikuti kegiatan-kegiatan yang menjurus kepada sesuatu yang dapat menyakiti hati Tuhan, yaitu kegiatan-kegiatan yang ada unsur mistik di dalamnya maupun unsur-unsur moral yang sudah agak miring.
Banyak budaya di dunia ini yang iblis sudah memiliki "saham" di dalamnya sehingga ada banyak unsur magis dan agak sedikit kacau dalam masalah moral di dalamnya. Oleh sebab itu, sebagai orang Kristen kita harus berhati-hati. Pertama, kita perlu diselamatkan. Jika kita sudah diselamatkan, tuntutan Tuhan dalam hidup kita adalah meninggalkan dosa dan segala hal yang ada hubungannya dengan iblis karena kita sudah dimerdekakan dan menjadi milik Tuhan. Kita harus meninggalkan semua hal negatif itu, termasuk di dalamnya adat istiadat yang ada hal-hal yang demikian. Amin!
Sumber : Saduran Khotbah Dr. Liauw yang ditulis oleh Ev. Chandra Johan