Rencana pemerintah untuk melakukan pembatasan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang kemungkinan akan dilaksanakan april nanti, telah berimbas pada kelangkaan BBM yang sudah terjadi. Hal ini terlihat pada antrean panjang di beberapa stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Gorontalo Kamis (19/1) sore.
Kelangkaan bensin di SPBU di Gorontalo sudah berlangsung hampir sepanjang pekan ini. Antrean panjang hingga satu kilometer terjadi di SPBU-SPBU di Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, dan Bone Bolango. Di tingkat pengecer, bensin bersubsidi tersebut dijual antara Rp 7.000 hingga Rp 8.000 per liternya.
Kelangkaan tersebut diduga oleh DPRD Provinsi Gorontalo adalah pembelian jumlah besar oleh pedagang pengecer. Pemerintah daerah pun diminta turun tangan menertibkan pedagang pengecer sebab tidak ada opsi penambahan kuota bensin di Gorontalo.
"Berdasar catatan kami, ada sekitar 1.800 pengecer bensin se-Provinsi Gorontalo dan 800-an di antaranya terdapat di ibu kota provinsi. Rata-rata mereka menjual bensin 50 liter hingga 100 liter sehari. Artinya, ada hampir 180.000 liter yang disedot pengecer sementara kuota untuk Gorontalo hanya 280.000 liter dalam sehari," tutur Karim, Kamis di Gorontalo.
Dua hal yang harus segera dilaksanakan sebagai solusi kelangkaan BBM ini adalah langkah pemerintah untuk menertibkan setiap pengecer nakal yang memanfaatkan situasi untuk kepentingan sendiri. Kedua, masyarakat harus sadar diri untuk mempergunakan BBM sesuai dengan haknya, dan bahwa BBM bersubsidi jelas adalah hak setiap mereka yang tidak mampu.