Over protektif. Dangkal. Represif. Ketiga kata ini adalah kata-kata yang digunakan beberapa anak muda Kristen untuk menggambarkan pengalaman iman mereka. Persepsi tersebut tanpa diragukan lagi menjelaskan mengapa studi terbaru menunjukkan lebih dari setengah remaja Kristen dan anak muda yang berusia 20-an menjauhkan diri mereka dari pertemuan ibadah hari-hari ini.
The Barna Group, sebuah perusahaan riset non-partisan, telah menemukan bahwa hampir 60 persen anak muda usia 15-29 tahun telah meninggalkan keterlibatannya secara aktif di gereja. Fenomena ini telah dikaji ulang oleh peneliti David Kinnaman dalam buku barunya, You Lost Me: Why Young Christians are Leaving Church and Rethinking Faith (Anda Telah Kehilangan Saya: Mengapa Orang Muda Kristen Meninggalkan Gereja Dan Berpikir Ulang Soal Imannya).
Melalui buku ini Kinnaman, presiden dari Barna Group, menjelaskan alasan di balik eksodus massa dan bagaimana komunitas Kristen telah gagal melengkapi generasi dewasa mudanya untuk menghidupi iman percayanya. Studinya menjadi mitos yang populer mengenai putusnya generasi gereja dan membayangkan masa depan dari kekristenan jika gereja secara keseluruhan mengabaikan eksodus dari kaum mudanya ini.
Fakta ini menjadi suatu hal yang perlu menjadi pemikiran setiap kita, bukan hanya gereja. Setiap kita memiliki tanggung jawab untuk menghidupi, mengajarkan dan meneruskan kebenaran Firman kepada setiap orang, terutama generasi di bawah kita. Suatu hal yang bisa kita mulai dari keluarga kita sendiri.
Sumber : cbn.com