Organisasi Ikhwanul Muslimin Mesir telah menyatakan akan melindungi orang Kristen koptik saat menyelengarakan perayaan Natal nanti. Hal ini menyusul terjadinya serangkaian serangan terhadap Kristen koptik selama tahun 2010 dan 2011. Perayaan Natal kaum Kristen di Mesir akan berlangsung pada tanggal 7 Januari mendatang.
“Kami telah memutuskan untuk membentuk komite Ikhwanul Muslimin untuk melindungi gereja-gereja sehingga tangan-tangan berdosa tidak merusak perayaan seperti yang telah mereka lakukan beberapa kali di bawah rezim lama. Kami menyerukan agar Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata dan polisi melindungi gereja-gereja dengan cara yang sama saat mereka melindungi TPS selama masa Pemilu,” ujar organisasi ini.
Populasi Kristen koptik saat ini 10 persen dari 82 juta penduduk Mesir. Namun, mereka telah menjadi target serangan dari para pengikut agama yang menentang kekristenan. Orang Kristen di negara ini telah mengalami diskriminasi dari para pemimpin bangsa mereka sendiri selama bertahun-tahun.
Serangan terhadap gereja-gereja di Mesir selama perayaan Natal sudah sering terjadi di masa lalu. Tahun lalu, setidaknya 21 orang tewas dalam insiden bom mobil. Ledakan itu terjadi saat misa Malam Tahun Baru di All Saints Church di Aleksandria.
Januari 2010, enam orang Kristen koptik ditembak mati selama masa perayaan natal koptik di Mesir selatan kota Nag Hammadi. Seorang penjaga keamanan muslim juga tewas dalam penembakan tersebut.
Ribuan orang Kristen melakukan demonstrasi mendatangi gedung televisi negara di Kairo pada Oktober lalu setelah sebuah gereja diserang di Aswan. Mereka menuntut keadilan dan persamaan hak dari pejabat pemerintah Mesir. Namun mereka harus berhadapan dengan oposisi militer. Pasukan militer mulai menembaki para demonstran dengan menggunakan kendaraan lapis baja. Setidaknya 27 orang dinyatakan tewas.
Joseph Zaki, seorang Kristen dari Aleksandria, mengatakan kepada Bikyamasr.com bahwa situasi mengerikan di Mesir hanya membutuhkan beberapa pemimpin yang vokal menentang kekerasan. Hanya cara itulah yang dapat mengubah rasa sentimen terhadap komunitas Kristen di Mesir.
“Kita selalu membicarakan bagaimana mengakhiri sektarianisme, namun kenyataannya semua yang kita perlukan adalah seorang pemimpin yang sanggup menyampaikan pesan bahwa setiap kita adalah orang Mesir. Saya tahu kedengarannya klise, tapi banyak teman saya, Muslim dan Kristen, berada di garis depan untuk melancarkan protes. Kami telah mati bersama-sama, jadi mengapa kita tidak hidup bersama,” ujarnya.
Kekerasan bagi komunitas Kristen di Mesir mungkin masih terus berlanjut, namun Ikhwanul Muslimin memastikan tidak ada salahnya untuk sedikit memberikan kepercayaan kepada organisasi ini di masa mendatang.
Sumber : christiantoday