Sepandai apapun anda dalam mengelola manajemen keuangan, masih saja terkadang kerepotan membangun fondasi keuangan yang kokoh. Penyebabnya tak lain karena ada sisi emosional yang terlibat. Padahal, keputusan yang dilandasi emosi biasanya selalu berakibat buruk. Ini tiga dampak nyatanya.
Berganti bank
Program-program menggiurkan yang ditawarkan bank dalam berbagai iklannya memang membuat Anda tergoda untuk menutup satu rekening di satu bank dan membuka rekening di bank yang lain. Sebelum melakukannya, pastikan Anda sudah memikirkan untung-ruginya. Bila niat Anda untuk mengurangi biaya-biaya yang menjadi tanggungan Anda, cari informasi mengenai hal tersebut. Jika yang Anda incar adalah bunga tabungan yang lebih baik, hitung juga berapa yang akhirnya akan Anda dapatkan nantinya.
Membeli rumah yang lebih besar daripada yang Anda perlukan
Ketika harga rumah cenderung naik, banyak keluarga yang justru membeli rumah yang lebih besar dan lebih mahal. Mereka khawatir, jika tidak segera membeli, harga akan terus naik. Apakah Anda mampu atau tidak mampu membayar cicilannya, sebenarnya kelebihan harga tersebut bisa Anda gunakan untuk hal yang lain bukan? Pada saat seperti itu, mengontrak rumah bisa menjadi pilihan yang lebih baik. Atau, Anda membeli rumah di lokasi yang harganya belum terlalu mahal. Pilihan lain adalah dengan menawar harga rumah tersebut serendah mungkin, namun tentunya hal ini berlaku jika Anda ingin membeli rumah bekas.
Tidak mau kalah dengan "tetangga"
Ketika rekan kerja Anda membeli ponsel baru, atau mobil baru, mendadak ponsel atau mobil Anda terkesan ketinggalan zaman. Hal ini memang wajar. Contohnya yang lebih mudah adalah ketika teman Anda berbelanja baju-baju baru. Anda pasti akan menginginkannya juga. Cara terbaik untuk mencegah pengeluaran yang tidak diperlukan adalah dengan bertanya pada diri sendiri, apakah Anda memang membutuhkannya. Atau, bisakah Anda menunda pembelian barang tersebut hingga menerima bonus atau setelah tabungan mencukupi?
Sumber : wisebread - kompas career