Sex dan Mabuk Adalah Kehidupan yang Dipilih Karen Reagle

Family / 20 December 2011

Kalangan Sendiri

Sex dan Mabuk Adalah Kehidupan yang Dipilih Karen Reagle

Lois Official Writer
9060

“Saya bukanlah orang baik. Pria-pria beristri itu mengagumkan. Kita bisa menjalin hubungan namun tak ada orang yang perlu memberitahukanmu apa yang harus dilakukan dan mereka juga harus pulang ke rumahnya.” cerita Karen Reagle tentang masa lalunya.

Jika ditanya tentang kelakuan Karen, sepuluh perintah Allah sudah dilanggarnya termasuk membunuh. “Saya melakukan dua kali aborsi..” katanya. Pada saat itu, dia tidak memikirkan apapun yang dia lakukan. Satu-satunya hal yang dia pikirkan adalah minuman yang berikutnya karena dia minum untuk mabuk. “Saya sudah mabuk hingga tidak sadarkan diri semenjak saya berumur 18 tahun.”

Sejak masa kecilnya sampai dia dewasa, tidak ada hal dari dirinya yang dia sukai. Begitu banyak kemarahan di dalam hatinya. “Ada seorang pengasuh yang melakukan hal-hal buruk kepada saya, paman yang melecehkan saya, ayah saya meninggalkan saya saat saya berusia 5 tahun. Saya mengikutinya keluar jalanan dengan naik sepeda roda tiga saya. Dia menaruh saya kembali ke dalam rumah dan mengatakan akan menjemput saya kembali besok karena saya adalah anaknya.” Karen mengisahkan masa lalunya.

Keesokan harinya, ayahnya tidak menjemputnya. Akhirnya ayah Karen menjemputnya dan tinggal bersamanya setelah tiga tahun kemudian. Di sana, ia pun harus bersaing dengan ibu tirinya untuk mendapatkan perhatian sang ayah. “Saya pikir saya akan memperoleh semuanya dan berkata saya akan melakukan apa saja yang saya mau dan ingin menjadi jahat. Saya ingin menyakiti orang lain, sama seperti saya telah tersakiti. Dan yang tidak saya mengerti, sebenarnya saya telah menyakiti diri saya sendiri.”

Ada banyak percobaan bunuh diri yang dia lakukan. “Isi perut saya dikeluarkan pada usia 16 tahun,” kata Karen akibat mencoba bunuh diri dengan memakai obat-obatan. Dia juga menyayat lengannya pada berusia 18 tahun. Ada begitu banyak penderitaan di dunia ini,” katanya lagi.

Karen mengira bahwa pernikahan dan memiliki anak adalah sebuah jawaban, namun justru membuat hidupnya semakin sulit. Alkohol menghancurkan pernikahan pertamanya. Kecanduannya begitu parah sehingga dia pun mengabaikan bayi perempuannya. Kembali Karen menikah. Kali ini dengan Ronnie. Segala sesuatu mulai berantakan saat Ronnie menyuruhnya berhenti minum. “Saya ingin dia keluar dari hidup saya karena tidak ada satu orang pun yang bisa mengatur apa yang harus saya lakukan.”

Di suatu malam, pertengkaran yang hebat terjadi. Karen hampir saja meledakkan kepalanya dengan senapan suaminya itu. “Saya berusaha menaruh kaki saya pada pelatuk senapan tersebut, saya menaruh ujung larasnya di mulut saya. Namun saya terlalu mabuk sehingga tidak bisa melakukannya dengan benar.” ujar Karen.

“Baiklah, saya akan tidur sebentar, beri saya sedikit waktu, lalu…” Kelanjutannya, Ronnie menemukan dia tak sadarkan diri dengan senapan yang mengarah tepat pada tempat tidur anak perempuan mereka. Sebuah malam yang menakutkan hari itu, bukan hanya bagi Karen namun juga bayi perempuannya.

Setelah itu, kejadian 11 September terjadi. Saat itu, suami Karen merasa terpanggil untuk pergi ke gereja. Dan suaminya ini juga mengatakan bahwa Karen harus pergi ke gereja, tapi Karen langsung menolaknya. Setelah berargumentasi, akhirnya Karen pergi ke gereja dengan berat hati. “Saya datang dan saya duduk di bangku dan saya seperti merasa, ‘Baiklah, saya akan jadi penghangat bangku gereja.’ Dan saat musik dimulai, saya hanya sekedar la la la dan selanjutnya Karen tiba-tiba terdiam ketika lagu Shout to The Lord dinyanyikan.” cerita Karen setelah beberapa kali datang ke gereja ketika itu.

“Yang saya dengar pada hari itu adalah ‘Karen, datanglah kepada-Ku’. Saya tidak tahu apa yang mendorong saya, namun saya bangkit dan maju ke altar dan berlutut. Itulah saat pertama di dalam hidup saya dimana saya tidak mengerti bagaimana melakukannya. Saya tidak tahu bagaimana hidup tanpa alkohol. Saya tidak tahu hidup tanpa segala sesuatu yang telah saya lalui. Dan sekali lagi ‘Datanglah kepada-Ku, dan Aku akan mengasihimu.” Hari itulah, Karen menerima Yesus. Dia pulang ke rumahnya, duduk di teras, dan minum 3-4 gelas bir tapi tidak sampai mabuk malam itu. “Lalu saya mendengar suara yang mengatakan bahwa saya harus berhenti minum.”

Dengan pertolongan Tuhan dan beberapa orang di gerejanya, Karen akhirnya mampu lepas sama sekali dari alkohol. “Saya sudah tidak menyentuhnya lagi selama ini. Saat ini, kesenangan saya adalah duduk di teras rumah, berbicara dengan burung beo saya, membaca Alkitab, dan minum kopi. Harapan dan kedamaian yang saya hidupi saat ini bahkan sulit untuk saya gambarkan. Hal itu ada di dalam saya dan mengambil alih segalanya. Saya bangun pagi dan bersyukur pada Yesus untuk kehidupan yang saya miliki, yang Dia berikan kepada saya. Saya memiliki hal-hal yang sebelumnya tidak saya miliki. Saya mempunyai rumah, saya memiliki suami yang begitu mencintai saya, anak-anak yang mencintai ibunya, dan yang terpenting saya kini memiliki kasih di hati saya, yang belum pernah ada sebelumnya.”

Bagi Karen, ada sebuah kotak yang dipenuhi dengan begitu banyak dosa yang dia pernah buat. Kotak itu dia buang dan Tuhan berikan kotak yang baru yang namanya pengampunan. Baginya, dia adalah debu di jalanan yang diambil Tuhan dan dibuat berharga. “Semua belenggu yang ada pada saya sudah hilang. Semua belenggu sudah hilang. Yang ada sekarang adalah borgol. Yesus sudah memborgol saya. Itulah sebabnya Dia selalu ada di sini bersama saya.” tutup Karen.

Tuhan memberikan ‘kotak kehidupan’ yang baru buat Karen, meskipun dia pernah melanggar ke sepuluh perintah Allah. Namun, Allah kita adalah Allah yang penuh kasih, yang memanggil anak-anakNya untuk pulang kepada-Nya dan memberikan suatu hal yang indah ke dalam hidup kita.

 

Sumber Kesaksian :

Karen Reagle

Sumber : V111215154746
Halaman :
1

Ikuti Kami