Penindasan dan intimidasi yang dilaksanakan secara sistematis membuat ratusan ribu umat Kristen Koptik meninggalkan bumi firaun Mesir. Data akhir dari organisasi HAM "Egyptian Union for Human Rights" mencatat bahwa eksodus besar-besaran itu terjadi sejak kejatuhan Hosni Mubarak.
Salah satunya adalah pemuda berusia 29 tahun bernama Tamer Salama yang bersiap untuk berimigrasi ke Amerika Serikat. Dirinya yakin ditempat itu akan mendapat perlakuan sejajar dalam hal beragama. "Sebagai umat Koptik saya merasa didiskriminasi. Di tempat kerja juga ada diskriminasi dan dalam mencari pekerjaan baru, saya juga didiskriminasi," ungkap Tamer.
Dari ratusan ribu umat Koptik yang pindah tersebut didominasi oleh kaum muda seperti Tamer yang berpendidikan baik dan berwawasan luas. Namun kekuatiran akan masa depan di Mesir membuat mereka lebih memilih satu tempat dimana keyakinan mereka tidak diganggu dan mendapatkan hak sosial politik yang sama.
Namun tidak semua Koptik berpandangan sama seperti Tamer dan ratusan ribu lainnya yang melakukan eksodus. Beberapa Koptik yang mengaku cinta tanah air Mesir tetap tinggal dan bertekad untuk memperjuangkan hak kebebasan beragama.
"Saya harus tetap tinggal di Mesir untuk mengubah negara ini. Saya tidak lari dari persoalan, saya justru ingin menyelesaikan masalah. Walaupun agama kita berbeda-beda, tetapi kita semua adalah rakyat Mesir," ungkap seorang pejuang kebebasan Koptik Beshoy Fayez yang sering turun ke jalan untuk menyuarakan hak para minoritas.
Semua individu mempunyai hak untuk menentukan pilihan dan kebebasan beragama. Kewajiban setiap pemerintah lah untuk menjaga pilihan dan keyakinan tersebut tetap berlangsung tanpa adanya gangguan dan diskriminasi dari kelompok lain.
Sumber : Jawaban.com - niel