Ditengah ancaman perpecahan antar anak bangsa yang kini mulai menggurita akibat adanya kepentingan masing-masing kelompok, media hadir untuk menjadi jembatan yang merekatkan kembali sekaligus meng-counter setiap isu yang tidak bertanggungjawab. Khususnya media Kristen yang kini tengah berjuang untuk ikut menjaga nilai perdamaian
Hal inilah yang dibahas pada diskusi media “Kebebasan Media di Era Reformasi” yang diselenggarakan Persekutuan Media Kristen Indonesia (Perwamki) Kamis (27/10) di Gedung LPMI Jakarta Pusat. Dengan pembicara mantan Sekjend Dewan Pers, Sabam Leo Batubara, Pengamat Sosial dan Media Victor Silaen dan Adsep Media Massa Kemenko Polhukam, Brigjen TNI Harsanto Adi.
Menurut Leo Batubara untuk memperkuat NKRI, setiap wartawan dalam media Kristen harus memberi pencerahan agar setiap masyarakat di Indonesia sembuh dari delapan penyakit bangsa (korupsi, munafik, tidak bertanggungjawab, feodal, percaya takhayul, boros, pemalas dan kejam/amuk) dan mengamalkan lima sila dalam Pancasila. Dan harus berkorban untuk tidak terlibat dalam delapan penyakit tersebut.
Sedangkan Brigjen TNI Harsanto Adi memandang perlunya media Kristen untuk membuka ruang opini dari tokoh dan kalangan non Kristen, agar pembaca dari kalangan Kristiani dapat mengerti, memahami pikiran dan pendapat diluar komunitas Kristen. Dan meminta agar media Kristen tetap konsisten terhadap empat pilar dasar bangsa.
Selain itu Victor Silaen juga meminta agar media Kristen bukan hanya menjadi media profesional, namun harus menjadi ideal. Media ideal menghindari pemberitaan provokatif, sensitif gender, nuansa kekerasan dan nuansa kecurigaan.
Untuk itu media Kristen harus menggunakan jurnalisme empati yaitu menumbuhkan simpati dan solidaritas didalam diri pembaca kepada obyek berita. Juga menggunakan jurnalisme damai yaitu menyampaikan fokus berita dengan pemakaian kata (diksi) yang menimbulkan rasa nyaman dan tenteram di hati pembaca.
Sumber : Jawaban.com - niel