Teror ancaman bom kembali terjadi, kemarin Selasa (25/10) ancaman dalam bentuk surat kaleng tertuju untuk Ketua Majelis Jemaat Gereja Kristen Indonesia (GKI) Lampung, Pdt Reva Natigor. Dalam surat itu, pengancam mengaku sebagai teroris profesional, dan mengungkapkan bom sudah dikirim ke gereja.
Dirilis kompas.com, Pdt Reva Natigor mengatakan selain ancaman pada surat kaleng tersebut memperlihatkan bahwa pengirim juga bermaksud memeras, karena menginginkan uang tebusan senilai Rp 80 juta. "Saya tidak perlu minta uang terlalu banyak. Namun, yang saya inginkan harus ada itu, itu salah satu permainan saya. Kalau Anda melapor polisi berarti remote yang ada di tangan saya ini harus saya pencet dan terjadilah kehancuran lebur di gereja Anda," tulis si pelaku dalam suratnya itu.
Pengirim juga mengaku bahwa bom bunuh diri yang meledak di salah satu gereja di pulau jawa merupakan anak buahnya."Bom yang kemarin di Pulau Jawa, yang di gereja bunuh diri itu adalah salah satu anak buah saya. Sekarang saya sedang di Pulau Sumatera," tulisnya dalam surat.
Namun Kabid Humas Polda Lampung AKBP Sulistyaningsih menerangkan setelah dilakukan penyisiran, anggota polisi tidak menemukan bom dimaksud. "Anggota kami tidak menemukan bom, hanya ada ancaman surat kaleng berisikan tulisan kalau tidak diberikan uang Rp 80 juta, gereja akan diledakan dengan remote," ujar Sulistyaningsih, Rabu (26/10) seperti dirilis Tribunnews.
Walau ancaman bom itu terlihat serius, mayoritas warga setempat tidak mengetahui adanya ancaman bom ini karena pihak gereja sengaja tidak memberitahu agar tidak terjadi kepanikan dan keresahan warga. Aktivitas masyarakatpun berjalan seperti biasa.
Seperti inilah yang terjadi jika teror bom ditanggapi seperti biasa. Banyak oknum tidak bertanggungjawab yang akan menggunakan teror bom sebagai alat untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Pemerintah wajib menghukum berat setiap oknum yang menggunakan teror bom sebagai ancaman.