Nyawa Bayi Melayang Hanya Karena Rp 70 Ribu

Nasional / 24 October 2011

Kalangan Sendiri

Nyawa Bayi Melayang Hanya Karena Rp 70 Ribu

Lois Official Writer
2102

Pada Jumat lalu (20/10), bayi wanita yang bernama Nisza Ismail (10 bulan) mengalami step disertai demam tinggi. Karena demam tak juga turun, orangtuanya Martin dan Susan membawa Nizsa ke rumah sakit. Pertama ke RS Mitra Kasih, tetapi karena terlalu mahal maka dibawa ke RS Handayani. Namun RS ini tidak menerima pasien bayi karena tidak memiliki alat yang memadai. Akhirnya, pihak RS Handayani ke RSU Mitra Anugrah Lestari (MAL).

Di RS MAL, Nizca dibawa langsung ke UGD tapi karena masalah administrasi, Nizsa tidak diperkenankan masuk ruang rawat. Sore hari Nizsa baru diberi bantuan infus oleh tim perawat, tapi pihak rumah sakit belum juga memindahkan Nizsa ke ruang rawat, hanya karena kekurangan biaya administrasi senilai Rp 70 ribu. “Baru sekitar jam delapan malam, Nizsa dipindahkan ke Ruang Rawat Anak, setelah kami melunasi biaya pendaftaran Rp 500 ribu. Akan tetapi itupun belum ditangani dengan baik, dikarenakan tidak adanya dokter spesialis yang masuk pada hari itu,” keluh Martin, sang ayah.

Dokter baru tiba tengah malam untuk memeriksa Nizsa, itupun dokter jaga (umum). Setelah diperiksa, dokter memberikan resep untuk ditebus yang berupa obat dan selang sedot lambung dikarenakan dokter mendiagnosa bahwa Nizsa terkena infeksi lambung dan perlu dibersihkan lambungnya. “Tapi dikarenakan kami tidak memiliki biaya, resep pun tidak dapat ditebus karena mereka bilang ada uang, ada obat. Padahal resep itu diperlukan secepatnya,” ucap Martin lagi. Setelah pembahasan yang alot dan menjaminkan STNK, pihak RS MAL akhirnya memberikan obat tersebut dan langsung memasang selang sedot lambung. Kondisi Nizsa semakin buruk hingga Sabtu subuh (22/10). Nizsa mengalami step kedua kalinya. Kembali resep diberikan. Tapi karena sudah tidak ada uang, akhirnya handphone pun digadaikan orangtua Nizsa. Dokter jaga yang memeriksa Nizsa menyarankan agar dia dipindahkan ke ruang rawat ICU, tapi pihak rumah sakit tak juga melaksanakan saran dokter lagi-lagi karena alasan uang.

Pukul 08.00 WIB Sabtu pagi Nizsa baru dipindahkan ke ICU dan orangtua diminta untuk menebus resep kembali Rp 217 ribu. Dokter bilang resep itu diperlukan secepatnya, namun pihak administrasi RS mengatakan bahwa resep tersebut tidak begitu mendesak dan akan digunakan nanti siang. Jadi orangtua Nizsa disuruh untuk mengambil uangnya terlebih dahulu. Pukul 10.00 WIB pihak RS mengatakan tidak sanggup menangani Nizsa. Nizsa pun menghembuskan nafas terakhirnya pukul 11.00 WIB. Pihak keluarga masih dipersulit untuk membawa pulang bayi malang ini dengan alasan harus menyelesaikan proses administrasi dulu.

Sungguh aneh ketika sebuah rumah sakit bukan lagi menjadi tempat pertolongan bagi mereka yang membutuhkan medis secepatnya, tapi tempat yang juga memperhitungkan berapa uang yang mereka dapatkan untuk memberikan pertolongan medis tersebut. Bagi pihak rumah sakit, hendaklah memprioritaskan keselamatan sang pasien. Bagi orangtua, hendaklah selalu mempunyai uang darurat. Untuk pemerintah, hendaklah menjamin kesehatan tiap warganya, terutama mereka yang membutuhkan agar tidak terjadi lagi hal-hal seperti ini.

Sumber : inilah/lh3
Halaman :
1

Ikuti Kami