Sikap orangtua yang salah dalam memperlakukan anaknya dapat menyebabkan perilaku buruk anak menetap hingga anak tumbuh dewasa. Karena itu, selain memperkaya diri bagaimana memperlakukan anak dengan baik, Anda juga perlu mengajarkan anak-anak bersosialisasi dan mengontrol perilakunya.
Agresif. Kemampuan anak untuk mampu mengungkapkan perasaannya masih sangat terbatas. Mereka tidak mengerti apa yang mereka rasakan dan apa yang harus mereka katakan tentang perasaannya saat itu. Entah kecewa, marah, ataupun sedih. Anak-anak lebih sering menunjukkan sikap agresif sebagai tanda ketidaksukaan atas suatu hal. Tugas pertama orangtua adalah harus peka terhadap sikap yang anak-anak tunjukkan. Tanyakan mengapa mereka bisa bersikap seperti itu. Setelah mereka menjawab, maka orangtua harus menunjukkan rasa empati dan membantu mereka untuk mengenali perasaan yang mereka hadapi.
Berkata kasar / jorok. Perkataan yang diucapkan oleh anak-anak biasanya ditiru dari apa yang didengarnya. Entah itu dia mendengar sesama orang dewasa yang bicara atau dari televisi. Meskipun dia tidak mengerti apa yang diucapkannya, namun apabila dia seringkali juga ikut menggunakan kata tersebut, maka jelaskan penuh kelembutan arti kata itu dan bahwa kata-kata itu tidak baik diucapkan. Jangan lupa beri pujian jika anak mampu mengontrol dirinya untuk tidak berkata jorok / kasar.
Curang. Mereka curang karena belum mengerti aturan main, karena itu ajarkan cara bermain yang sportif. Beri peringatan keras ketika ia melakukan trik curang dengan tidak memperbolehkannya bermain satu putaran dan minta anak untuk meminta maaf kepada teman yang dicuranginya. Hal ini mengajarkan anak-anak untuk selalu melakukan hal-hal jujur di kemudian hari.
Memotong pembicaraan. Ajarkan norma sopan santun. Berikan penjelasan bahwa mereka boleh mengajukan pertanyaan, mengutarakan keinginannya apabila orang yang diajak anak bicara sudah tidak lagi berbicara dengan orang lain dan sabar menunggu gilirannya untuk bicara. Dan tak kalah penting, orangtua perlu menjadi panutan agar menyadari bahwa mereka pun tidak memotong pembicaraan.
Suka bertengkar. Cari permasalahan atau awal mengapa anak suka bertengkar. Kemudian ajak anak untuk menyelesaikan masalahnya. Bila dia berada di pihak yang salah, maka tanamkan padanya untuk minta maaf. Jika dia dipukul oleh temannya, berikan penjelasan bahwa ia tidak perlu membalasnya dengan kekerasan lagi, tapi cukup laporkan pada guru atau orangtua anak tersebut. Namun, jika anak kita sebagai trouble maker, berilah hukuman yang mendidik, misalnya tidak diizinkan main, tidak boleh jajan, dan sebagainya asal jangan memberikan hukuman fisik.
Perilaku anak-anak Anda dapat diubah dengan kelemahlembutan. Sama seperti ketika Yesus mengajarkan kita dengan lemah lembut, demikian juga anak-anak dapat diajar, apalagi mereka masih bisa dibentuk.
Sumber : bayibalita/lh3