Penyelamatan Ekstrim

Kata Alkitab / 29 August 2011

Kalangan Sendiri

Penyelamatan Ekstrim

Lestari99 Official Writer
4204

Ada saat di dalam pelayanan yang membuat klita menangis, namun aspek yang benar-benar memuaskan dari pelayanan adalah sukacita ketika melihat kehidupan seseorang berubah melalui perjumpaan dengan Yesus. Markus, melalui Injil yang ditulisnya, mencatat kisah klasik dari hal itu.

Markus 2:3-5, ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah ia kepada orang lumpuh itu: “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” 

Mukjizat ini penting karena tidak hanya mempertontonkan kuasa Yesus dan anugerah-Nya bagi mereka yang membutuhkan-Nya, tapi juga menunjukkan bagaimana kita dapat berpartisipasi dalam pelayanan-Nya. 

Ada kelembutan dalam cara Yesus menyapa orang lumpuh itu. Pria itu adalah seorang yang berdosa. Hal ini jelas karena salah satu hal yang Yesus lakukan adalah mengampuni dosanya. Dan saat ini teman-temannya telah menurunkannya ke hadapan Yesus, orang terkudus yang pernah hidup. Hal itu pasti sangat menakutkan. Dia menderita kelumpuhan, diturunkan dari atap dan saat ini terbaring tak berdaya di depan Anak Allah. Memahami dilema pria ini, kata pertama yang diucapkan Yesus adalah, “Percayalah, hai anak-Ku” (Matius 9:2). Hal apalagi yang dapat membuat seorang berdosa merasa nyaman karena telah menyela sesi pengajaran-Nya. Yesus secara harfiah berkata, “Tidak ada yang perlu ditakutkan di sini.”

Berapa sering kita berpikir bahwa Allah adalah pribadi yang harus ditakuti? Malu akan dosa-dosa kita, seringkali kita juga menghindari hadirat-Nya, padahal hadirat-Nya merupakan tempat teraman bagi kita. Saat Yesus akhirnya mengampuni dosa pria itu dan menyembuhkannya dari kelumpuhan, Yesus memulainya dengan menghilangkan rasa takut manusia.

Siapapun dapat melihat bahwa pria itu lumpuh. Yesus berurusan dengan hal itu. Apa yang tak dapat dilihat oleh seorangpun adalah kondisi hati dari pria tersebut. Yesus memulainya dari sana. Yesus memeriksa kedalaman hati lebih dari siapapun juga. Yesus melakukan hal itu juga kepada kita. Yesus langsung menuju pada akar masalah dan pertama-tama berurusan dengan hal itu. Yesus memulai urusannya pertama-tama dengan menghapus ketakutan kita kepada-Nya dan mengampuni dosa kita.

Ketika Yesus akhirnya berkata, “Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!”, pria itu melakukan sesuatu yang tak sanggup untuk dilakukannya. Respon alami untuk hal itu seharusnya, “Aku tidak dapat melakukan hal itu, Aku lumpuh”. Namun pria lumpuh itu tidak berkata demikian. Dia berusaha melakukan suatu hal yang mustahil dilakukan sebelumnya, berdiri di atas kakinya sendiri. Itulah yang terjadi pada kita ketika rasa takut dan rasa bersalah telah dihapuskan dari dalam kita. Kita tidak takut untuk mencoba suatu hal yang mustahil.

Aspek unik dari kisah ini adalah keempat teman pria tersebut dan seberapa jauh mereka bertindak untuk membantu teman mereka. Dia lumpuh dan tidak bisa mendatangi Yesus sendiri. Dia membutuhkan bantuan dari teman-teman yang cukup peduli kepadanya untuk membawa tubuh lumpuhnya ke tempat dimana Yesus melayani.

Bagian paling lucu dari cerita ini adalah metode yang digunakan teman-temannya untuk membantu pria lumpuh ini. Bangunan itu begitu penuh sesak sehingga mereka tidak bisa masuk ke dalam. Jadi mereka pun menaiki tangga dari luar rumah, dengan teman mereka di atas tilam, kemudian membuat lubang di atap yang cukup besar untuk dilewati tilam tempat pria lumpuh itu berbaring. Mereka melubangi atap agar teman mereka dapat sampai ke tempat Yesus. Keempat pria nekat itu melakukan sesuatu yang melanggar prinsip hak milik. Mereka menghancurkan rumah orang lain. Siapapun yang menghancurkan atap rumah orang lain merupakan pelanggaran hukum. Kita mungkin berharap Yesus akan menengadah ke atas dan berteriak, “Hei, perusak!” namun Yesus tidak melakukannya. Markus berkata bahwa Yesus mendongak ke atas dan berkata, “Lihatlah iman mereka.”

Kita tinggal di dunia dimana orang merasakan sakit hati. Mereka diliputi oleh rasa malu, rasa bersalah dan penghukuman. Mereka butuh seseorang yang mau membawa mereka kepada Yesus. Ketika kita datang kepada Yesus, seseorang membawa kita. Beberapa orang tidak akan pernah datang kepada Yesus kecuali ada seseorang yang membawa mereka. Saat Anda menjalani kehidupan minggu ini, waspadalah dengan kesempatan untuk menjadi salah seorang yang membawa orang lumpuh datang kepada Yesus.

Sumber : Wally Odum

Sumber : cbn.com
Halaman :
1

Ikuti Kami