Sejak kelas 4 SD karena pengaruh lingkungan, Irwan Suwito terjun ke dunia obat-obatan, ganja, minuman keras. Parahnya, kalau dia tidak minum minuman keras, dia tidak bisa tidur dan ini dibarengi dengan obat-obatan untuk orang gila. Pengaruhnya, membuat dunia seperti berputar-putar dan dia tidak bisa berjalan. Dia harus merangkak untuk berjalan.
Keluarganya pun ‘mendukung’ usaha mabuk-mabukannya ini
Ironisnya, kedua orangtua Irwan yang melihat keadaannya seperti itu, tidak berbuat apa-apa, bahkan menegurnya pun tidak. “Karena kalau orangtua saya, melihat saya minum bir dan saya kasih minum, ya dia minum juga. Karena memang dalam satu keluarga, satu minum, minum semua. Kita semuanya tujuh laki-laki jadi kalau mabuk ya mabuk semua. Jadi, bisa dibilang keluarga saya seutuhnya keluarga pemabuk ya…” kisahnya tentang masa lalunya.
Bahkan semakin dewasa, kelakuan Irwan makin menjadi-jadi. Kemana-mana dia selalu bawa senjata tajam. “Kalau dibilangin ga ngerti pake mulut, ya akhirnya pake pisau.” katanya. Akhirnya, dalam suatu kejadian, dia mengejar orang yang bermasalah dengannya. Sialnya, waktu itu ada patroli polisi. Irwan tertangkap dengan senjata tajam di tangan dan ditemukan juga ganja pada dirinya. Dalam keadaan pengaruh miras, dia mendekam di penjara. Di dalam dinginnya penjara, dia pun mulai merasa ketakutan. “Mau ngadu, ngadu sama siapa, lah tidak bisa bebas? Cerita sama temen di dalam, diketawain. Akhirnya mulai berpikir, wah ini cuma Tuhan yang bisa nolong. Asal nyebut Tuhan aja deh, Tuhan yang mana juga ga tahu. Nggak tahu Tuhan itu siapa, yang penting saya percaya Tuhan itu ada.”
Setelah beberapa bulan di penjara, Irwan pun dibebaskan, tapi ternyata itu tidak mengubah kelakuannya. “Dua hari sih kalem, ya ke sononya liar lagi, tambah parah.” Bukan cuma minum, ganja, atau obat-obatan dia juga merambah ke dunia premanisme. “Malak, terus nodong, pokoknya semua kegiatan yang nggak beres deh. Pernah sekali pake pistol.”
Kelakuannya bertambah gila
Kelas 2 SMA, kelakuannya makin gila. “Kakak kelas saya ini kenal tapi tidak tahu siapa saya gitu. Kita mentang-mentang kelas 2 SMA ini, dia malak. Saya bilang ‘Wah ini tukang palak kena palak nih!’. Kepala saya sudah kunang-kunang waktu itu, bangkit amarah saya. ‘Waduh, waduh nyari penyakit nih orang.’ Kayak begitulah.” Akhirnya, Irwan pun merencanakan rencana jahat kepada orang itu. “Dalam pikiran saya, ‘Elu musti tanggung jawab’”. Suatu hari, dia menghadang kakak kelasnya dan mengeluarkan pisau yang telah dia siapkan. Pisaunya pun menancap di tubuh kakak kelasnya yang kemudian melarikan diri. Dia sudah tidak punya rasa takut, bahkan dia berbuat keonaran dimana-mana. Orang yang tidak dia kenal sekalipun, kalau tidak dia kenal maka dia akan buat masalah dengan orang itu.
Perubahan yang menakjubkan terjadi di dalam hidupnya
Sampai suatu ketika, Irwan mengalami suatu kejadian. “Jam sebelas malam ya, saya pulang dari suatu pertemuanlah. Saya jalan kaki karena tidak terlalu jauh dari rumah saya. Saya dalam keadaan habis minum juga waktu itu. Tiba-tiba seperti ada diri saya di depan saya. Jadi saya seperti ada dua.” Irwan melihat dirinya berpakaian compang-camping dengan muka amburadul, tubuh penuh borok dan hidup yang berantakan. Dia melihat orang itu begitu rusak. “Saya melihat orang itu diri saya. Saya itu benar-benar yang paling kotor, yang paling najis. Pokoknya istilahnya mati langsung masuk neraka.” Hal itu membekas di hatinya.
Setibanya di rumah, perasaan gelisah menghantui dirinya. “Saya pengen jadi orang bener, tapi bagaimana caranya ya? Satu-satunya cara ya ke Tuhan nih. Tapi saya nggak tahu Tuhan siapa, pokoknya semua orang punya Tuhan. Saya cuma ngomong gini, ‘Tuhan, saya mau jadi orang bener nih, tapi kalau nggak ditolongin, saya nggak bisa bener’. Saya pikir, kan lidah ciptaan Tuhan. Kayak orang kaya yang punya pembantu, kan ubin dipel biar majikannya bisa lewat. Nah, saya pikir saya bisa pel pake lidah saya.” Jadi empat ubin itu dijilat oleh Irwan, mungkin dia ingin Tuhan datang ke ubin yang sudah ‘bersih’ itu. “Jadi saya nggak mikir, orang mau bilang saya gila kek, orang saya lagi ngomong sama Tuhan.”
“Silahkan deh Tuhan, mau berdiri mau duduk. Saya sudah buktiin lho Tuhan, saya sudah jilatin ubin. Sekarang giliran Tuhan. Tolong saya biar saya jadi orang bener, karena saya udah liat saya sudah rusak.” katanya kepada Tuhan waktu itu. Tapi ternyata Tuhan ‘tidak datang-datang’. Saat itu, dia bingung. Tuhan ada atau tidak. Saat itulah dia mendengar suatu suara, “Aku Yesus…” Baru pertama kali itulah, saya mendengar suara semerdu itu, seindah itu, dengan jelas Dia mengatakan, “Aku Yesus…Aku mau menolong kamu. Buang apa yang kamu suka, Aku tidak suka.” Mendengar suara itu saya pikir saya mengkhayal nih. Saat itu terjadi pergolakan. “Saya bisa gila mikirin masalah ini nih..” Irwan mencoba melupakannya, karena dia berpikir dia cuma berkhayal.
Jamahan Tuhan begitu terasa melingkupinya
Keesokan harinya, tepat pukul 12.00 WIB, terjadi lagi suatu peristiwa. “Tepat jam 12 siang, suaranya sama seperti yang semalem. Kalimatnya persis ‘Aku mau menolong kamu. Buang apa yang kamu suka, Aku tidak suka.’ Terus tiba-tiba di belakang saya ini saya merasa kok ada orang berjubah putih, berkilauan. Baru teringat bahwa saya nanam ganja, diselipkan di sana sini. ‘Berarti ini dong yang saya buang.’ Wah, tapi sayang, nyarinya susah, nanamnya susah.” Tapi karena suara itu menimbulkan ketakutan yang sangat besar di dalam hatinya, dia cepat-cepat mencabut tanaman ganjanya. Suara itu kembali berkata, “Kamu sudah buang, jangan ambil, jangan ambil. Kalau kamu taat pada perintah-Ku, kamu akan naik ke atas dan bukan turun ke bawah. Kamu kepala dan bukan ekor.”
Kemudian Irwan kembali ke tempat duduknya. Di sana, ada tangan yang memegang kepalanya. Dia belum pernah merasakan tangan seseorang yang memegang dia seperti ini. “Pokoknya indah sekali deh, damai gitu…” Sejak peristiwa itu, dia memutuskan untuk meninggalkan segala apa yang dia lakukan selama ini. “Waktu saya jadi preman, tubuh saya penuh dengan tato. Ternyata, tato ini tidak bisa menyelamatkan saya. Yang bisa menyelamatkan saya seperti apa yang ditulis dalam kitab, yaitu Yesus.”
Sumber Kesaksian :
Irwan Suwito
Sumber : V101201095631