Sudah lima hari ini Siami dan sekeluarga mengungsi ke rumah orangtuanya di Dusun Lumpang, Desa Deliksumber, Kecamatan Benjeng, Gresik. “Menenangkan diri dulu, Pak” katanya saat dihubungi Tempo. Ada apakah gerangan? Siami yang merupakan ibu dari Al, siswa kelas VI SD Negeri Gadel II, hendak menenangkan diri karena sejumlah warga dan wali murid sekolah itu menganggap dia mencoreng nama baik sekolah itu.
Berawal dari beberapa hari sebelum ujian, Al mendapat instruksi dari gurunya untuk memberikan contekan kepada rekan-rekannya saat ujian akhir sekolah bertaraf nasional (UASBN) sebab dia dikenal bocah pendiam yang paling cerdas. Semula Al bungkam soal ini karena takut. Tapi kemudian Al melaporkan instruksi sang guru itu kepada ibunya. Siami sempat datang ke sekolah untuk meminta penjelasan kepada Fatkurahman, walikota kelas VI sekolah itu. Namun, menurut Siami jawabannya berbelit-belit.
Tak puas dengan penjelasan sekolah, Siami kemudian mengadukan masalah itu ke radio Suara Surabaya. Pengaduan Siami disiarkan secara on air. Laporan udara itu berkembang menjadi pemberitaan di media massa baik cetak maupun elektronik. Walikota Surabaya Tri Rismaharini pun langsung mendatangi sekolah Al dan memarahi guru-gurunya. Risma juga langsung memerintahkan inspektorat serta membentuk tim independent untuk menyelidik masalah tersebut.
Tim merekomendasikan agar Fatkurahman, Prayitno yang merupakan guru lainnya, dan Kepala Sekolah Sukatman diberi sanksi. Tak lama setelah itu, ketiga guru itu diberhentikan. Sukatman ditarik ke Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Fatkur dan Prayitno dimutasi ke Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Tandes. Pangkat ketiganya diturunkan dan beberapa tunjangan yang mereka terima juga dicabut. Namun ironisnya, sanksi terhadap ketiga guru itu diprotes keras warga. Mereka berunjuk rasa di depan rumah Siami. Mereka berteriak-teriak mengusir Siami karena dinilai meresahkan.
Menurut Ketua Tim Independen Bentukan Walikota, Daniel M. Rosyid, mengatakan pengusiran terhadap Siami dinilai berlebihan. Menurutnya, pengusiran itu dikarenakan kekuatiran wali murid kelas VI bila diadakan UASBN ulang. Padahal niat Siami bagus karena ingin menumbuhkan semangat kejujuran di kalangan siswa. Sungguh ironis, ketika sang pendidik mengajarkan hal-hal yang buruk kepada anak-anaknya. Sungguh ironis, ketika para wali kelas itu malah mengusir seseorang yang bertindak berdasarkan kebenaran. Sungguh sangat memilukan, ketika pendidikan diciderai dan anak-anak diajarkan untuk berkompromi dengan sesuatu yang salah. Apa yang akan terjadi dengan bangsa ini jika hal itu terjadi di banyak tempat? Apa yang akan terjadi dengan generasi penerus jika pendidik tidak benar? Karena itu, jadikan ini pelajaran buat kita semua. Sayangi generasi penerus dengan memberikan yang terbaik buat mereka, agar ke depannya mereka pun bisa memberikan yang terbaik buat bangsa ini.
Sumber : tempointeraktif/lh3