Jadikan Agama Jembatan Penghubung, Bukan Dinding Pemisah

Internasional / 3 June 2011

Kalangan Sendiri

Jadikan Agama Jembatan Penghubung, Bukan Dinding Pemisah

Lois Official Writer
3105

Dalam beragama dan berinteraksi dengan umat beragama lain, sangatlah penting bagi kita untuk memahami dan mempunyai kerendahan hati. Kita harus saling berdialog, saling mendengarkan, dan sangat penting untuk saling menerima satu sama lain. Itulah yang disampaikan oleh Duta Besar Israel untuk Republik Hungaria Aliza Bin Noun dalam trialog Kristen-Yahudi-Islam pada konferensi tingkat Menteri Negara di Godollo, Hungaria Kamis (2/6).

Aliza Bin Noun menggarisbawahi bahwa Israel merupakan rumah bagi umat tiga agama besar di dunia. Di samping Yahudi, juga ada minoritas Arab dan Kristen di sana. Karena itulah, dia mengingatkan bahwa berbagai umat dapat meningkatkan koeksistensi dengan mulus di Israel.

Antara Yahudi dan Islam. “Hal itu direfleksikan oleh fakta bahwa Arab telah menerima hak suara sejak tahun 1948 dan sejak itu perwakilan politik mereka di parlemen Israel terus meningkat,” ujar Bin Noun. Antara Yahudi dan Kristen terlihat dari kunjungan Paus Yohanes Paulus II ke Israel tahun 2000, dimana hal itu menjadi batu loncatan dalam dialog Kristen-Yahudi.

Antara Islam dan Kristen. Duber Mesir Elhefny Mahmoud menekankan dalam pidatonya bahwa perubahan subtansial sedang berlangsung di Afrika utara dan terjadi kemajuan signifikan dalam demokrasi dan kebebasan agama, yang perlu dukungan dari Eropa. Menurut Mahmoud, rumah-rumah ibadah yang telah ditutup harus dibuka untuk beribadah para umatnya. “Tujuan kami adalah untuk memiliki masyarakat yang damai secara menyeluruh. Kami mencoba menyatukan Bulan Sabit dengan Salib,” pungkasnya.

Yang terpenting menurut Dubes AS untuk Republik Hungaria Eleni Tsakopoulos Kounalakis, “Kini saatnya untuk berbicara tentang bagaimana agama membangun jembatan yang menghubungkan, bukan dinding yang memisahkan,” paparnya. “Adalah penting untuk menyiapkan organ hukum untuk mencegah manifestasi kebencian dan diskriminasi. AS mendorong kebebasan menjalankan agama sebagai landasan toleransi kebudayaan dan koeksistensi damai,” tambahnya lagi.

Di negara-negara dunia, termasuk Indonesia pembahasan mengenai perbedaan dan bagaimana supaya dapat rukun adalah pembahasan yang paling sering dilakukan. Rindukah Anda untuk hidup damai? Jika kita membangun sebuah jembatan yang menghubungkan dan bukannya tembok, maka kehidupan yang damai itu akan tercipta.

Sumber : detik/lh3
Halaman :
1

Ikuti Kami