Homoseksualitas Itu Anugerah Bukan Dosa

Internasional / 29 April 2011

Kalangan Sendiri

Homoseksualitas Itu Anugerah Bukan Dosa

Lestari99 Official Writer
6442

Menjadi seorang homoseks adalah anugerah dari Tuhan, tegas sebuah gereja di Ohio. Itulah pesan yang sedang disebarkan oleh Central United Methodist Church (CUMC) melalui komunitas mereka via billboard digital, yang diluncurkan pada hari Senin lalu.

“Pernyataan sederhana ini” sebagaimana diumumkan gereja “dimaksudkan sebagai anugerah bagi mereka yang mengalami perasaan terluka dan diskriminasi karena orientasi seksual nyata yang mereka rasakan.”

“Gereja hanya berusaha menyembuhkan dunia, dan CUMC ingin menawarkan kata-kata dan tindakan penyembuhan bagi mereka yang terluka dan terpinggirkan,” ujar gereja tersebut dalam sebuah pernyataan di website mereka.

Jeff Buchanan, direkur dari Exodus Church Equipping & Student Ministries, setuju bahwa gereja harus menampilkan cinta dan kasih sayang bagi mereka yang berada dalam komunitas yang terpinggirkan. Namun ia menentang pesan yang disampaikan CUMC melalui kampanye mereka “Menjadi Seorang Homoseks Adalah Anugerah dari Tuhan”.

“Mengapa Tuhan memberikan ‘anugerah’ ini hanya untuk mengutuknya di seluruh Alkitab? Hal ini tampaknya akan bertentangan dengan karakter-Nya sebagai Tuhan yang mengasihi dan adil.”

Iklan bilboard yang kontroversial dari gereja Toledo terhubung langsung dengan serangkaian khotbah panjang selama sebulan dari seorang pendeta baru, Bill Barnard. Gereja berharap iklan tersebut dapat diterima oleh masayarakan dengan berkembangnya toleransi publik, seperti dilaporkan ABC 13, dan tidak mengabadikan perilaku maupun sikap anti gay, yang dapat merugikan komunitas yang terpinggirkan tersebut.

Terdapat tiga tujuan dari kampanye yang baru saja mereka luncurkan: menawarkan penerimaan kepada semua orang yang memiliki orientasi seksual menyimpang; menantang gereja yang lebih besar untuk sepenuhnya menerima kaum gay ke dalam kehidupan gereja; dan untuk menyerukan kepada semua orang agar membawa semua karunia akan jati diri mereka kepada Tuhan.

“Dengan menyambut dan hidup dalam komunitas Kristen setia dengan kondisi sebagai seorang homoseks, kita akan memahami bahwa menjadi homoseks merupakan bagian dari siapa yang Tuhan maksudkan untuk mereka menjadi,” ujar CUMC dalam situs mereka. “Dan dengan orang homoseks Kristen membawa segala keberadaan mereka kepada Tuhan, Tubuh Kristus akan semakin diperkuat.”

“Bahkan, kita akan mengalami Tubuh kristus akan terasa tidak lengkap tanpa orang LGBT (Lesbian Gay Biseksual Transgender).”

Barnard mengatakan kepada ABC, “Kami benar-benar percaya bahwa menjadi homoseks adalah anugerah dari Tuhan, dan tidak ada yang perlu disesali atau merasa malu mengenai hal ini. Itulah maksud dari semua kampanye ini.”

Dengan mempercayai seksualitas adalah “anugerah yang baik dari Tuhan” – atau saat mereka menyatakannya dalam keragaman yang tak terbatas dari Tuhan – CUMC mendefinisikan dosa sebagai penyangkalan akan Allah yang menciptakan mereka untuk menjadi homoseks.

“Bukti ilmiah yang luar biasa adalah orang dilahirkan dengan orientasi seksual mereka, dan itu bukan suatu pilihan,” ujar gereja. “Menerima sepenuhnya orientasi seksual dan identitas seseorang merupakan kunci untuk menjalani hidup yang normal dan sehat.

“Memaksa orang untuk bertindak melawan orientasi seksual yang telah diberikan Tuhan akan mengarah pada kehidupan yang menyimpang. Membiarkan seseorang untuk bertindak sesuai dengan orientasi seksual yang diberikan Tuhan akan mengarah pada rekonsiliasi.”

Sementara anggapan marjinalisasi terhadap kaum LGBT “tidak dapat dibenarkan” – yang menyebutkan bahwa Yesus tidak berbicara secara langsung mengenai homoseksualitas – gereja Toledo mengakui bahwa gereja hari ini memiliki penafsiran Alkitab yang berbeda berkenaan dengan homoseksualitas.

Baru dua bulan yang lalu, 33 pensiunan uskup dari United Methodist mendesak denominasi untuk menghapus larangan pendeta homoseksual, memperpanjang perdebatan abadi yang sudah terjadi di dalam tubuh gereja.

CUMC berharap untuk menyatukan orang percaya dengan lebih berfokus pada hal yang sama-sama mereka setujui seperti “kebaikan, keadilan dan kerendahan hati”, dan bukannya memberikan kontribusi bagi kebencian dan diskriminasi, yang mereka percaya tidak akan mengarah pada rekonsiliasi, namun pada praktek merusak diri sendiri di kalangan LGBT.

“Memegang orang yang bertanggung jawab atas hal-hal di mana mereka tidak memiliki kontrol sangatlah tidak rasional dan tidak bermoral,” ujar gereja. “Kami percaya baik kalangan yang di dalam gereja maupun di luar gereja haus akan dialog mengenai homoseksualitas yang mencerminkan kasih sayang dan kerendahan hati, bukannya intoleransi dan perselisihan.”

Bertentangan dengan hal itu, Buchanan berpendapat bahwa pesan CUMC adalah untuk “memberitahu orang-orang bahwa satu-satunya pilihan yang mereka miliki adalah identitas mereka sebagai seorang homoseks”.

Namun, “Orang perlu mengerti bahwa ribuan pria dan wanita telah menemukan cara lain dan telah menemukan kebebasan dari homoseksualitas melalui kuasa Kristus,” ujarnya.

Bahkan jika ada bukti konklusif yang mendukung teori bahwa mereka “terlahir seperti ini”, Buchanan menekankan bahwa orang Kristen dipanggil untuk “dilahirkan kembali”.

“Meskipun kita tidak dapat memilih keinginan kita, namun kita memiliki kemampuan dan tanggung jawab untuk memilih apakah kita akan bertindak seturut dengan keinginan tersebut atau tidak. Tujuan kita seharusnya hidup sejalan dengan Kitab Suci,” ujarnya.

“Kitab Kejadian menggambarkan jatuhnya manusia dan efek permanen dari dosa terhadap kita secara rohani, mental dan fisik. Hanya karena sesuatu mungkin melekat tidak berarti kita dimaksudkan untuk seperti itu.”

Meskipun banyak protes dari masyarakat Kristen terhadap kampanye CUMC, Barnard terus memproklamasikan bahwa homoseksualitas merupakan “anugerah” dan mereka yang datang pada Tuhan sudah seharusnya tetap seperti itu.

Dalam usahanya untuk menerima orang homoseksual ke dalam kehidupan penuh di gereja, CUMC merupakan anggota pendiri dari Jaringan Pelayanan Rekonsiliasi, yang menjadi gerakan UCMC bagi kesetaraan kaum LGBT di dalam denominasi gereja.

Dua dari jemaat staf relawan di gereja mereka, termasuk pemimpin musik dan pemimpin tim paduan suara, tinggal bersama pasangan sejenis mereka dan telah melayani gereja lebih dari tujuh tahun.

Merasa berduka atas penafsiran yang salah dari Kitab Suci serta ajaran palsu yang sedang dipromosikan oleh CUMC dan banyak gereja lainnya yang sejenis, Buchanan mendorong gereja-gereja untuk menyampaikan pesan Kristus tidak hanya dengan cinta dan kasih karunia, tapi juga dengan kebenaran yang akurat dan tanpa kompromi.

“Kita harus selalu mengingat bahwa cinta yang otentik dibangun di atas dasar kasih karunia dan kebenaran.”

Sumber : christianpost.com
Halaman :
1

Ikuti Kami