Lebih Baik Membangun Desa Sendiri Daripada Datang ke Jakarta

Nasional / 28 April 2011

Kalangan Sendiri

Lebih Baik Membangun Desa Sendiri Daripada Datang ke Jakarta

Lois Official Writer
2842

Di ibukota ini, kemiskinan sudah menjadi santapan sehari-hari, kemiskinan tersedia secara melimpah mulai dari pinggir jalan hingga kolong jembatan. Tiap ada ruang jengkal, rasanya ada warga miskin yang mengadu nasib disana. Salah satunya yaitu tinggal di wilayah bantaran rel kereta api milik PT. Kereta Api Indonesia (KAI).

Di kawasan Pejompongan, Jakarta Pusat, tepatnya depan kampus STIA LAN, Jakarta terdapat bangunan-bangunan semi permanen yang menyesaki lahan pinggir rel. Bangunan-bangunan ini ditinggali ratusan kepala keluarga yang hanya satu meter dari bibir rel. Karena sudah biasa dan karena tuntutan hidup, mereka menjalani kehidupan yang penuh resiko. Setiap keluarga memadati ruangan 3x3 meter persegi yang disusun dari potongan-potongan kayu. Di ruang sesempit ini rata-rata ada tiga orang di dalamnya. Mereka rata-rata berdagang, tukang bangunan, supir taksi, sopir bajaj, tukang ojek, tukang cuci pakaian, pembantu rumah tangga, dan profesi informal lainnya.

Jangan anggap mereka gratis menempati gubuk-gubuk itu, sebaiknya mereka harus membayar sewa kepada penghuni awal lahan milik PT. KAI tersebut. Bayarannya, menurut Ujang Supriatna (29) yang berprofesi sebagai penjual gorengan keliling adalah Rp 200 ribu sebulan dengan fasilitas aliran listrik dan tempat MCK. Sulit membayangkan bisa hidup di tempat sesumpek itu, tapi ada juga yang sudah puluhan tahun tinggal di situ. “Saya tinggal di sini sejak tahun 1985,” kata Oom Komariyah. Dia dan keluarganya hijrah dari Tasikmalaya untuk mengadu nasib. Demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dia membuka warung di sisi rel yang berjarak hanya satu meter dari jalur kereta api.

Coba kita pikirkan lebih serius lagi mengenai masalah ini. Masalah banyaknya pengangguran sekaligus rakyat miskin yang tinggal di Jakarta. Tiap tahun, semua warga dari luar pulau datang ke Jakarta untuk mengadu nasib. Mereka berharap bahwa Jakarta akan memberikan kehidupan yang lebih baik. Tapi kadang kenyataan yang ada adalah kehidupan mereka malah lebih menderita daripada sebelum mereka datang ke Jakarta. Bukankah lebih baik jika setiap orang mencoba memajukan kotanya sendiri dan menciptakan lapangan kerja buat orang lain.

Sumber : republika/lh3
Halaman :
1

Ikuti Kami