Konflik berkepanjangan yang melanda Nigeria hingga mengakibatkan 500 warganya terbunuh akibat aksi kekerasan pemilihan umum membuat presiden yang baru terpilih Goodluck Jonathan langsung mengambil tindakan dengan menyerukan akan mencari otak konflik dan akan segera menghukumnya.
Hal itu diserukan pada pidato di radio, Kamis (21/4), yang menekankan bahwa dirinya tidak akan mentolerir lebih banyak kekerasan dan pembunuhan. "Semua orang bertanggung jawab atas kerusuhan yang terjadi di Nigeria utara, setelah pemilihan presiden, akan dihukum di bawah hukum,"ujar Jonathan.
Menurut Presiden, untuk mengakhiri pembunuhan, dia telah mengirim pasukan keamanan negara ke daerah bermasalah di Utara . Jonathan mengatakan bahwa mereka diberikan hak untuk menggunakan segala cara yang sah, termasuk kekuatan, untuk menghilangkan semua manifestasi kekerasan terhadap warga negaranya. "Para pelaku dari aksi keji dan mereka yang akan mengancam perdamaian dan stabilitas di negara ini harus diidentifikasi dan dihukum,"pungkasnya.
Kerusuhan dan pengungsian besar-besaran terjadi setelah Komisi Pemilihan Nasional mengumumkan bahwa pemilihan presiden pada tanggal 16 April dimenangkan Presiden incumbent, Goodluck Jonathan. Pria beragama Kristen yang berasal dari selatan Nigeria itu memenangi 57% dari total pemilihan dengan 22,5 juta suara jika dibandingkan dengan rivalnya, Jenderal Muhammadu Buhari, yang memeroleh 12,2 juta suara.
Hasil inilah yang membuat ketidakpuasan warga Muslim di Nigeria Utara, akibat kekalahan calon presiden dari oposisi, Muhammad Buhari. Pada Senin (18/4), pendukung Buhari yang tidak puas membakar rumah-rumah yang memajang poster Goodluck Jonathan. Mereka memenuhi jalan-jalan di Kano serta meneriakkan slogan, "Hanya Buhari!"
Dalam menanggapi itu, Jonathan menyatakan rasa belasungkawa atas ketegangan yang menyebar di beberapa wilayah Nigeria. Namun, pria yang memangku jabatan nomor satu di Nigeria setelah kematian Presiden Umaru Yar'Adua mengatakan kekerasan tersebut tidak ada hubungannya dengan pemilu Nigeria.