Kesulitan dan penderitaan warga Jepang akibat gempa bumi dan tsunami tidak mampu merusak moral mereka, malah moral mereka kelihatan begitu bersinar dan memberkati dunia ini dengan pesan-pesan yang mereka sampaikan. Hal ini dibuktikan dengan uang atau barang berharga yang mereka temukan di reruntuhan. Benda-benda berharga tersebut pasti akan mereka kembalikan kepada pemiliknya atau dikumpulkan di kantor polisi.
Seperti dilansir dari laman CNN, Minggu (10/4) warga Jepang yang menemukan uang dan barang-barang tersebut tidak mengambilnya untuk mereka sendiri, padahal tidak ada yang mengetahui siapa pemilik barang berharga tersebut. Bahkan, menurut sumber kepolisian, pos polisi di wilayah terparah terkena tsunami, prefektur Miyagi, kewalahan karena dibanjiri uang temuan dan barang-barang lainnya. Yang pasti jumlah uang dan barang yang ditemukan itu tidak sedikit.
Kepolisian juga mengungkapakan bahwa di antara 24 pos polisi di Miyagi, sembilan pos polisi di antaranya mengumpulkan uang temuan terbanyak, hampir sepuluh kali lipat daripada temuan di pos lainnya. Kepolisian di Tokyo akhirnya membuat divisi khusus barang temuan karena banyaknya barang yang dihantarkan warga setiap harinya. Adapun barang-barang yang paling sering ditemukan di Tokyo adalah sepatu, dompet, dan payung.
Sikap moral untuk tidak mengambil barang milik orang lain ini telah begitu mendarah daging di Jepang, tertanam kuat di dalam benak dan batin mereka bahkan di saat yang paling krisis sekalipun. Namun, polisi mengaku kesulitan untuk mengembalikannya karena tidak diketahui siapa pemiliknya. Dari hasil semua uang temuan, sampai sekarang hanya 10 persen yang berhasil dikembalikan.
Akhirnya diambil kesimpulan, jika dalam waktu tiga bulan tidak ada yang mengakui uang tersebut, maka uang itu jatuh ke tangan penemunya. Namun, polisi Jepang mengatakan, warga Jepang telah merelakan hak mereka untuk memiliki uang tersebut sekalipun mereka yang menemukannya. Mereka lebih memilih uang itu digunakan untuk memulihkan kota paska tsunami. Mereka tidak silau harta dan juga memikirkan bangsa mereka dengan sungguh-sungguh. Jepang menjadi berkat dan garam di tengah lautan dunia yang kian tawar.
Sumber : vivanews/lh3