Iwan, Rentenir Yang Tak Bernurani

Family / 11 April 2011

Kalangan Sendiri

Iwan, Rentenir Yang Tak Bernurani

Puji Astuti Official Writer
43849

Pekerjaannya adalah seorang rentenir, hobinya berjudi, dan ia suka bermain wanita. Pria  yang tak bermoral ini bernama Iwan Siswanto.

“Capek enggak, pusing enggak, duduk manis di rumah, duit dateng terus,” demikian pengakuan Iwan. “Akhirnya semua orang kenal, kalau mau pinjem uang sama pak Iwan. Saya ini jadi pemberi pinjaman uang, rentenir.”

“Kalau ada orang yang tidak bisa bayar hutang, kalau dia kasih jaminan mobil, saya ambil mobilnya dan bawa ke show room. Saya jual semurah-murahnya, selakunya. Umpamanya lakunya tiga puluh juta, hutangnya dua puluh lima juta, saya ambil uang saya, lalu sisanya saya kasih ke yang punya mobil.”

Tidak hanya kejam terhadap para kliennya, Iwan juga tega mengkhianati istri yang sangat mencintainya. Hal ini bermula dari pertemuannya dengan seorang wanita yang merupakan teman lamanya.

“Dia punya salon, saya maksudnya untuk potong dan rapiin rambut. Lalu dia cerita pada saya bahwa dia sudah cerai dengan suaminya. Akhirnya dia ngajakin saya main judi,” tutur Iwan.

Iwan belum mengenal judi sebelumnya, namun karena wanita tersebut ia menjadi seperti kecanduan dengan judi dan main kartu.

“Cepat kebawanya saya. Diajakin judi, dikasih tahu caranya judi, akhirnya saya tertarik dan jadi tambah dekat dengan dia. Karena tambah dekat, akhirnya malam sering pulang berdua. Hingga akhirnya masuk kamar dan melakukan hal-hal yang terlarang. Sekali, dua kali, akhirnya keterusan, sampai akhirnya saya ngga pulang ke rumah.”
Iwan dibutakan oleh kecintaannya pada judi dan juga wanita selingkuhannya itu. Istrinya ia tipu dengan berbagai alasan, “Siang saya pulang, hanya nengok istri dan anak saja. Lihat, oh.. ngga ada apa-apa. Duit masih ada? Ya, udah. Saya kasih alasan sama istri saya ada urusan ke luar kota, dan dia percaya aja. Pada hal sebenarnya bukan keluar kota, tapi masuk kamar keluar kamar.”

Namun ketika hal itu terus berlangsung, istri Iwan mulai curiga. Istrinya mulai bertanya kepada adik Iwan dan diberi tahu bahwa dirinya ada di tempat judi. Tidak pernah menduka istrinya akan datang, Iwan yang saat itu sedang bersama wanita selingkuhannya di kamar kelabakan.

“Akhirnya dia marah besar sama saya,” ungkap Iwan yang saat itu juga langsung ditarik ke dalam mobil oleh istrinya. Dalam perjalanan pulang, istrinya yang masih sangat marah berusaha untuk bunuh diri dengan akan melemparkan diri keluar mobil, namun Iwan berhasil menahannya.

“Saya pura-pura bilang, ‘Saya masih sayang sama kamu…’ Sebenarnya itu alasan saya saja.”

Setiba di rumah, sang istri masih sangat geram. “Luar biasa marahnya, kalau mau tahu perempuan kaya macan, ya itulah istri saya.”

Iwan berusaha menahan istrinya yang mencakarnya dan memukulnya dengan segenap kekuatan. Karena tak tahan lagi, Iwan pun berniat membalas akan memukul istrinya. Pada saat tak diduganya, anak perempuan Iwan datang dan menahannya.

“Papa ngga boleh pukul mama!!” demikian teriak anak Iwan.

Sulatri, istri Iwan yang terluka karena pengkhianatan suaminya mengusirnya.

“Saya semakin benci sama dia,” ungkap Sulastri. “Saya pengen dia mati saja!”

Setelah pertengkaran dengan istrinya itu, tabiat Iwan makin menjadi-jadi. Dia makin jarang pulang dan tenggelam dalam perjudian bersama wanita selingkuhannya.

“Saya menjalani selingkuh itu kurang lebih lima tahun, sampai istri saya itu menyerah. Saya semakin jadi, judinya semakin jadi, selingkuhnya makin jadi, rentenirnya semakin jadi.”

Permintaan cerai istrinya tidak digubris Iwan, namun dia juga tidak mau berubah. Merasa putus asa dengan tingkah laku Iwan, Sulastri akhirnya memutuskan akan mengakhiri hidupnya.

“Karena saya perempuan, hati saya hancur. Suami saya sudah di rebut, buat apa saya hidup. Pada hal saya merantau karena mau ikut suami saya. Karena saya istri yang gagal, saya mau mengakhiri hidup saya,” demikian Sulastri bertutur sambil meneteskan air mata.

Siang itu Sulastri menyusuri rel kereta dengan penuh keputusasaan. Dia menantikan kereta cepat melaju ke arahnya sambil pikirannya terus berkecamuk dengan berbagai hal.

“Setelah kereta dateng, hampir 10 meter, Tuhan masih mengingatkan saya, ‘Jangan!’ Akhirnya saya buru-buru menghindar.”

Gagal dari usaha bunuh diri, Sulastri datang kepada seseorang dan menceritakan semua penderitaan yang sedang ditanggungnya. Orang tersebut dengan sabar mendengarkan dan berujar seperti ini, “Sudah, biarkan saja. Yang paling penting kamu bawa dalam doa masalah ini. Ngga usah dipikirin lagi, tapi bawalah dalam doa. Pasti Tuhan buka jalan..”

Malam itu, Sulastri melakukan apa yang dinasihatkan oleh temannya tersebut. Dia datang pada Tuhan dan berseru, “Tuhan, kalau Engkau ijinkan saya masih sama Iwan, tolong pulihkan keluarga saya. Saya serahkan semuanya ke dalam tangan Tuhan..”

Hati Sulastri yang berserah kepada Tuhan, membuat sesuatu yang tidak pernah dibayangkannya terjadi. Selang beberapa minggu dari ia mulai berdoa dan berserah, wanita selingkuhan suaminya itu sakit, mengalami koma dan langsung meninggal dunia. Tapi sekalipun wanita selingkuhannya telah mati, Iwan masih terlibat dalam perjudian. Hingga suatu hari, tempat ia berjudi di grebek oleh polisi.

“Saya ditangkap, saat itu saya marah, emosi dan sedih juga,” demikian pengakuan Iwan. “Kenapa saya bisa ditangkap?”

Dibalik jeruji itu, Iwan merenungkan lika-liku hidupnya. “Saya merenungkan apa yang selama ini saya lakukan ternyata salah. Hati nurani saya mengatakan bahwa saya harus bertobat. Apa yang saya lakukan itu seperti terbayang di mata saya, berjudi, main perempuan, jadi rentenir. Saya teriak di penjara, “Tuhan sekalipun saya ngumpet di lobang semut, Engkau pasti menemukan saya! Pada saat ini juga Tuhan, saya mohon ampun. Saat ini juga Tuhan, saya mau kembali kepada-Mu!” Saya menangis saat itu, karena saya merasakan Tuhan mengasihi saya. Tuhan masih mau menerima saya. Apa yang dulu saya senangi, sekarang seperti ngga ada artinya. Saya kemudian merasakan kedamaian, tidak lagi merasakan kebencian, kemarahan, dan dendam.”

Penyesalan mendalam itulah yang Iwan rasakan saat istrinya dengan tulus mengunjunginya.

“Sangat-sangat menyesal, disaat bertemu dengan istri saya menangis. Saya ngga bisa mengatakan apapun, hanya bisa minta maaf saja. Hati saya sungguh-sungguh hancur, setelah apa yang saya perbuat, mereka tetap mengasihi saya. Bahkan setiap hari mengunjungi saya, membesuk saya.”

Sewaktu Iwan memeluk dan minta maaf kepada Sulastri, saat itu juga hubungan keduanya di pulihkan. Semua dendam dan sakit hati telah digantikan oleh kasih Tuhan. Setelah 150 hari dipenjara, Iwan akhirnya di bebaskan. Ia bukan hanya bebas secara fisik, namun ia juga merasakan kebebasan dari semua keterikatan dan dosa-dosa masa lalunya.

“Apa yang dulu pernah saya perbuat kepada istri dan anak-anak saya, saya tidak akan melakukan lagi. Itu janji saya kepada Tuhan. Saya sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan Yesus, karena tanpa Dia, tanpa kasih-Nya, tanpa kemurahan-Nya, ngga mungkin saya bisa seperti sekarang ini. Karena hidup saya sudah hancur, hidup saya sudah tidak bermoral, hidup saya sudah rusak, di mata masyarakat saya sudah dianggap sampah. Tapi di dalam Tuhan Yesus, saya masih berharga dan Tuhan masih mau terima saya. Apapun adanya saya,” ungkap Iwan. (Kisah ini ditayangkan 11 April 2011 dalam acara Solusi di O'Channel).

Sumber Kesaksian :
Iwan Siswanto & Sulastri
Sumber : V110407134514
Halaman :
1

Ikuti Kami