Meningkatnya gerakan radikalisasi yang mengatasnamakan satu agama tertentu memang membuat kekhawatiran didalam masyarakat bahwa gerakan ini akan menyebar dan menimbulkan ketidaknyamanan di Indonesia. Peran aktif kehidupan beragama di negara dalam menjaga keutuhan pola pikir toleransi dan kebersamaan perlu ditingkatkan.
Hal ini pula yang dikumandangkan dalam forum Katolik akhir pekan lalu di aula Gereja St. Theresia, Jakarta. Seorang tokoh Muslim dan pemimpin Gereja meminta umat Katolik untuk meningkatkan dialog di akar rumput karena radikalisasi dan intoleransi meningkat “Situasi Indonesia sekarang sangat mengkhawatirkan karena radikalisme dan kekerasan atas nama agama meningkat. Ini berbeda dengan 10 tahun lalu dimana umat Muslim sangat toleran dan menunjukan Islam yang berwajah senyum,” kata Syafi’i Anwar, direktur eksekutif International Center for Islam and Pluralisme (ICIP), pada sebuah.
Kepada sekitar 200 peserta dari Forum Masyarakat Katolik Indonesia (FMKI) Keuskupan Agung Jakarta, Anwar mengatakan, kelompok radikal menginginkan agar ada peraturat dasar satu keagamaan diterapkan. Namun Indonesia bukanlah negara dengan satu agama.Anwar menegaskan itu adalah produk Timur Tengah abad 10, dan tidak relevan lagi dalam konteks Indonesia dewasa ini.”Muslim Indonesia berbeda dengan Muslim di Timur Tengah karena Muslim Indonesia berpijak pada kearifan lokal yang membuat mereka santun dan menghargai yang lain,” tambahnya.
Pastor Aloysius Budi Purnomo, salah satu pembicara pada forum tersebut, mengatakan meningkatnya kekerasan atas nama agama akhir-akhir ini tidak memudarkan keyakinannya bahwa Islam adalah agama yang menebarkan perdamaian.”Kita hendaknya merajut perbedaan melalui kearifan lokal dalam budaya kita,” kata Ketua Komisi HAK Keuskupan Agung Semarang itu.
Kendala lain yang menyebabkan radilkalisme berkembang antara lain regulasi yang diskriminatif, lemahnya penegakkan hukum, politik pembiaran, serta penafsiran yang terlalu tekstual. Forum in mengajak seluruh umat untuk lebih berinisiatif dalam dialog dan melakukan pendekatan dengan agama-agama lain, terutama dengan akar rumput.
Sumber : Berbagai Sumber/DPT