Hanya beberapa minggu setelah Presiden Hosni Mubarak diturunkan dari tampuk pimpinannya di Mesir, umat Kristen mulai berharap bahwa ada era baru dari kebebasan tidak hanya untuk negara mereka sendiri, tapi di seluruh dunia Arab. Revolusi ini berlangsung sulit, menurut Abdul Al-Latif, seorang Kristen yang tinggal di Kairo, ibukota Mesir, dimana ratusan orang menghabiskan waktu di Perempatan Tahrir menentang rezim.
Sejak itu, militer yang mengambil alih kuasa dan sebagaimana negara melihat konstitusi baru dan masa depan, Abdul berharap ada masa depan baru juga untuk gereja. “Biasanya kita mengalami penderitaan yang menyengsarakan. Tapi kesengsaraan itu membawa berkat, itu yang membuat kita kuat di dalam iman kita,” katanya. “Berharap bahwa gereja secara lantang membagikan Injil kepada banyak orang.” harapnya.
“Selama bertahun-tahun, roh ketakutan menguasai. Orang tidak berani bicara tentang Kristus di depan umum dengan tetangga mereka dan teman-teman mereka karena mereka takut dipenjara,” katanya. “Sekarang kita bisa berdoa agar Tuhan akan memberikan kebebasan, kata yang bijak dan harapan agar umat Kristen ‘lapar’ akan kekuatan dari Tuhan selama tiga dekade terakhir ini.”
Menurut Latif, sekarang ini mereka secara radikal berdoa bagi negara Arab. Dia juga merasakan bagaimana masyarakat Kristen di sana berdoa di pagi hari untuk gereja, pemimpin rohani, untuk negara, untuk semuanya. “Hal ini tidak akan terjadi jika tidak ada penderitaan yang negara kami alami. Kami memuji Tuhan untuk itu.” Saat ini umat Kristen berharap bahwa pemerintahan yang baru ini akan didasarkan atas prinsip demokrasi dan persamaan derajat bagi warga negaranya, termasuk persamaan kebebasan beragama.
Sumber : christiantoday/lh3