Perdana Menteri Pakistan berjanji akan melakukan ‘yang terbaik’ untuk menangkap para pembunuh Menteri Bhatti.
Keamanan ketat dilakukan Pakistan hari ini menyusul pemakaman Menteri Urusan Minoritas yang dibunuh, Shahbaz Bhatti. Jalan-jalan di sekitar Gereja Katolik Our Lady of Fatima di Islamabad ditutup, dimana pemakaman dilangsungkan pagi ini. Jenazah Bhatti nantinya akan dibawa ke desa asalnya di Khushpur, Punjab, untuk dimakamkan.
Upacara pemakaman ini dihadiri Perdana Menteri Yousaf Raza Gilani, pejabat pemerintah lainnya dan para diplomat asing, termasuk ribuan anggota masyarakat. Di hadapan para pelayat, Perdana Menteri memuji Bhatti dan berjanji bahwa pemerintah akan melakukan ‘yang terbaik’ untuk menangkap para pembunuhnya.
Beliau berkata, “Sangat jarang orang yang seperti dia. Kaum minoritas telah kehilangan seorang pemimpin yang hebat. Saya yakinkan Anda, kami akan mencoba yang terbaik untuk membawa para pelaku pembunuhan ke pengadilan.”
Banyak pelayat yang datang ke pemakaman adalah orang Kristen yang merasa putus asa sejak Bhatti dibunuh kelompok bersenjata dalam serangan mobil pada hari Rabu. Orang-orang Kristen turun ke jalan-jalan di Pakistan untuk meratapi kematiannya dan melakukan protes melawan diskriminasi yang mereka hadapi setiap hari.
Banyak dari penganiayaan yang dialami orang Kristen berakar dari undang-undang penghujatan, yang menjatuhkan hukuman mati bagi mereka yang menghina islam. Bhatti, satu-satunya menteri yang beragama Kristen di parlemen merupakan salah satu pengkritik keras hukum penghujatan dan berkampanye untuk mereformasi hukum tersebut.
Menurut AsiaNews, ribuan orang telah berkumpul di Khushpur untuk memberikan penghormatan terakhir mereka kepada Bhatti. Pemerintah dan gereja telah mengumumkan tiga hari berkabung untuk memperingati Bhatti.
Bhatti merupakan orang pemerintahan kedua yang dibunuh tahun ini atas dukungannya bagi reformasi hukum penghujatan. Pada bulan Januari, Gubernur Punjab Salmaan Taseer ditembak mati oleh pengawalnya sendiri karena ia telah bicara menyatakan dukungannya untuk merubah undang-undang penghujatan.
Kelompok hak asasi manusia mengatakan undang-undang penghujatan telah disalahgunakan oleh kaum ekstrimis untuk menyelesaikan masalah pribadi maupun merampas harta dan bisnis. Sementara itun pemerintah telah dituduh memberikan kebebasan kepada kelompok ekstrimis dengan menolak melakukan peninjauan terhadap undang-undang penghujatan.
Pembunuhan Bhatti membangkitkan seruan baru kepada pemerintah untuk menindaklanjuti undang-undang penghujatan dan ketentuan keamanan bagi orang Kristen.
CEO pers internasional Andy Dipper mengatakan, “Orang Kristen minoritas di Pakistan sudah di bawah ancaman ekstrimis relijius, dan mereka semakin merasa tidak aman akhir-akhir ini. Pemerintah Pakistan harus bertindak untuk mengekang ekstrimis dan mengambil langkah keamanan bagi orang Kristen.”
Sumber : christiantoday