Kalau pemerintah kita menganjurkan Keluarga Berencana dengan dua anak cukup, ada juga keuntungan sampingannya. Paling tidak mengurangi stres para ibu menangani perselisihan di antara anak-anaknya. Anak-anak, serukun apapun keluarganya pasti berantem dan berebut untuk berbagai alasan. Mereka bertengkar waktu bermain, waktu belajar atau waktu makan. Dan semua ini adalah normal.
Perselisihan kakak adik ini bukan hanya terjadi waktu kanak-kanak saat mereja saling berebutan perhatian orangtua saja. Perselisihan masa kanak-kanak yang tidak terselesaikan secara baik akan berpengaruh jangka panjang sampai mereka dewasa.
Tentu sebagai orangtua kita tidak ingin keluarga kita menjadi arena pertempuran apalagi jika harus terbawa sampai tua. Untuk itu perlu cara bijak menghadapi perselisihan anak-anak kita :
1. Perlakukan Setiap Anak Dengan Spesial
Karena setiap individu adalah spesial maka kita perlu untuk memperlakukan setiap anak kita secara spesial. Hindari membanding-bandingkan satu dengan yang lainnya, mempunyai anak favorit atau menjadikan salah satu anak model bagi anak yang lainnya. Berikan perhatian secara pribadi kepada setiap anak. Misalnya, ajaklah anak secara bergantian untuk mengunjungi tempat favorit mereka dan gunakan waktu ini untuk melakukan pembicaraan pribadi.
2. Mengajar Cara Positif Mendapatkan Perhatian
Pada dasarnya perselisihan timbul karena anak-anak mau mendapatkan perhatian dari orangtua. Jika salah satu atau kedua orangtua membeda-bedakan anak dan memfavoritkan anak tertentu maka perselisihan ini akan semakin tajam. Demikian juga jika orangtua tidak adil dalam membagi waktu atau menyelesaikan konflik yang terjadi di antara mereka. Buat anak mengerti cara yang baik dan postif untuk mendapatkan perhatian, salah satunya dengan mengemukakan pendapat secara terbuka.
3. Lakukan Aktifitas Bersama
Makan, nonton TV, belajar, beribadah bersama-sama adalah contoh kegiatan yang bisa dilakukan untuk membangun kebersamaan. Outing, piknik dan mendaki gunung adalah contoh lainnya yang dapat dilakukan orangtua untuk membangun team work bagi anak-anaknya. Ketika anak-anak mengalami senang dan pahit bersama-sama maka ikatan emosional mereka semakin kuat. Contoh lain adalah cara unik untuk melakukan tradisi keluarga misalnya merayakan natal, tahun baru, ulang tahun, hari ibu dan hari anak secara khusus.
4. Kembangkan Potensi Maksimal Anak
Anak-anak perlu untuk mengenal, menggali dan mengembangkan potensi mereka. Ada anak yang mahir bermain musik, ada yang bersuara merdu, ada yang jago menggambar, ada yang pintar matematika dan masih banyak lagi. Potensi-potensi ini sudah tampak sejak mereka sangat kecil. Orangtua yang bijak, selain menjadikan setiap anak spesial, juga membantu anak mereka mencapai potensi maksimal mereka. Dorong kakak untuk aktif dalam mengksplore dunia sains yang disukainya dan dukung hobi adik dalam bermain musik. Potensi yang berkembang memberikan rasa percaya diri dan mengajarkan cara positif untuk beraktualisasi.
5. Membangun Nilai-Nilai Sejak Dini
Nilai-nilai agama dan pengembangan karakter harus dimulai sedini mungkin. Anak yang diajarkan nilai persaudaraan berbeda dengan yang tidak diajarkan sama sekali. Meskipun setiap manusia berkembang dengan membangun nilai moral masing-masing, tapi mengajarkan nilai secara khusus adalah investasi tak ternilai untuk masa depan anak-anak kita. Nilai yang paling penting dibangun adalah nilai agama. Dengan belajar Firman Tuhan dan menarik teladan dari tokoh-tokoh Alkitab, anak-anak belajar hal yang konkrit mengenai karakter ilahi.
Penulis adalah seorang konselor profesional dan juga penulis buku "Turning Hurt Into Hope" (Metanoia 2009).
Sumber : Nancy Dinar