Mengubah Kekecewaan Menjadi Mukjizat

Single / 28 February 2011

Kalangan Sendiri

Mengubah Kekecewaan Menjadi Mukjizat

Lestari99 Official Writer
6206

Kekecewaan

Wikipedia.com mendefinisikan kekecewaan sebagai “perasaan tidak puas yang mengikuti gagalnya harapan untuk diwujudkan” dan The Encarta World English Dictionary mendefinisikan harapan sebagai “sebuah kepercayaan yang penuh percaya diri atau harapan yang kuat bahwa suatu peristiwa tertentu akan terjadi.”

Hal menarik yang saya temukan adalah betapa miripnya definisi sekular akan harapan dengan definnisi alkitabiah akan iman.

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. (Ibrani 11:1)

Dari sudut pandang dunia, harapan adalah sesuatu yang kita percaya dan harapkan akan terjadi sedangkan dari sudut pandang Tuhan, iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan.

Untuk memperluas topik ini sedikit lebih jauh, harapan tampaknya menjadi apa yang “kita” (baik diri sendiri maupun orang lain) harapkan dapat kita lakukan (atau memiliki andil dalam melakukannya); sementara iman adalah percaya apa yang akan Tuhan lakukan. Jika kekecewaan kita berasal dari mereka yang kita percayai (termasuk diri kita sendiri), mungkin kita menempatkan kepercayaan lebih pada “manusia” daripada iman kita kepada Tuhan.

Hal ini bukan berarti kita tidak seharusnya memiliki pengharapan kepada diri sendiri (maupun orang lain) atau hanya dengan berharap pada Tuhan saja maka kita tidak akan pernah mengalami kekecewaan. Ada banyak keadaan di dalam hidup (dan dalam kematian) dimana kita tidak pernah mengerti alasan “kenapa” hal-hal buruk terjadi bahkan dengan memiliki iman yang kuat sekalipun, seperti kehilangan anggota keluarga, keluarga yang berantakan atau mengalami kejahatan yang mengerikan. Namun, iman adalah memiliki pengharapan bahwa Tuhan memegang kendali, percaya bahwa IA mengetahui apa yang terjadi dan mengasihi kita bahkan di saat terburuk dan mengetahui bahwa jalan-jalan-Nya sempurna (Mazmur 18:30).

Pengharapan

Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan. (Ibrani 11:40)

Jika kita terus menempatkan semua harapan dan ekspektasi kita hanya pada diri kita sendiri, secara alami kita akan kecewa. Tak seorangpun dari kita sempurna atau dapat kita harapkan untuk menjadi sempurna. Namun jika kita menempatkan pengharapan kita pada Tuhan, “bersama dengan-Nya” akan membuat pengharapan itu menjadi sempurna.

Peter seringkali memiliki iman, harapan dan pandangan yang tak tergoyahkan saat ia sedang bersama dengan Yesus.

  • Saat Yesus bertanya kepadanya, “Kata orang, siapakah Aku ini?” (Matius 16:13-19)
  • Saat Yesus berjalan di atas air (Matius 14:22-29)

Namun, sama seperti Petrus banyak dari kita yang juga kehilangan iman dan pengharapan saat sedang tidak bersama dengan-Nya.

  • Saat ia menolak Yesus sampai tiga kali (Matius 26:31-35, 69-75)

Petrus lebih tabah ketika ia bersama-sama dengan Tuhan daripada waktu ia terpisah dari-Nya.

Sebagai seorang lajang, terkadang kita merasa seolah-olah hidup terasa sangat berat, perjuangan antara “kita” melawan “dunia”. Meskipun ada situasi sulit yang harus dihadapi secara spesifik oleh kaum lajang, kita tidak perlu menghadapi pergumulan itu sendirian. Kita memiliki hubungan dengan Yesus dan panduan di dalam Roh Kudus, untuk hidup setiap hari bersama dengan Tuhan dan bukan dengan kekuatan kita sendiri.

Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. (Roma 5:1-5)

Bahkan banyak hal dalam hidup kita yang sepertinya merupakan ujung dari keyakinan kita untuk mengharapkan mukjizat.

Mukjizat

Kita perlu mengingatkan diri kita sendiri bawa Tuhan berada dalam setiap momen di dalam kehidupan kita karena IA memiliki rencana bagi hidup kita.

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. (Yeremia 29:11)

Seringkali ketika ujian datang, kita langsung bertanya “Kenapa?” dan bukannya “Apa?” Kita harus bertanya pada diri kita sendiri, “Apa yang Tuhan lakukan melalui apa yang terjadi dalam perjalanan hidup kita, pergumulan maupun patah hati yang kita alami?” dan “Apa yang saya perlukan untuk belajar, bertumbuh, berubah atau apa yang harus saya lakukan untuk menjadi bagian dari hal ini?”

Dengan mengubah pertanyaan dari “Kenapa?” menjadi “Apa?” akan membuat Anda melihat bagaimana Anda mengganti kekecewaan menjadi mukjizat di dalam hidup Anda.

Sumber : crosswalk.com
Halaman :
1

Ikuti Kami