Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengungkapkan kekesalannay karena disebut pemerintahan telah berbohong. Padahal kata Presiden, data-data peningkatan yang diumumkan oleh pemerintah sungguh terbukti. Dan karena itu juga, Presiden menegaskan agar rencana pemerintah tidak disebut kebohongan.
Untuk itu, Presiden mengatakan, “Jangan dibilang kalau ada perubahan dianggap kebohongan publik. Ini rencana yang akan kita matangkan bersama, dengan demikian ada modifikasi-modifikasi. Tanpa substansi awal tidak mungkin kita kembangkan,” ujar Presiden saat memaparkan rencana pembangunan ekonomi, usai rapat kerja pemerintah di Istana Bogor, Selasa (22/2).
Dalam rencana selanjutnya, Presiden mengatakan bahwa pemerintahan sudah merencanakan kenaikan surplus beras minimal 10 juta ton per tahun. Sedangkan jika peningkatan selama lima ton tidak akan cukup untuk swasembada. Jadi, pemerintah merencanakan kenaikan sebanyak minimal 10 juta ton.
“Programnya adalah pembukaan swasembada baru eks tanah terlantar, food estate dengan skema plasma dan inti, benih dan pupuk, irigasi dan embung, teknis tanam dan penyuluhan, gerakan lawan hama, penelitian dan pengembangan, inovasi, studi dan kerjasama dengan Republik Rakyat Tiongkok.” katanya lagi. Di Tiongkok, satu hektar sawah sudah bisa menghasilkan 15 ton beras, sementara di Indonesia baru bisa mencapai lima ton.
Semua rencana ini masih rencana dan jika pun gagal, jangan sampai dianggap kebohongan publik. Presiden kuatir program ini diterjemahkan lain oleh public dan dianggap kebohongan. “Kalau saya sampaikan sekarang, kemudian ada perubahan, saya kuatir dianggap kebohongan”. Mari kita mulai berpikir positif dan melihat bahwa pemerintah benar-benar mencoba untuk memperbaiki ekonomi bangsa dan negara.
Sumber : inilah/lh3