Pluralisme Menjawab Perbedaan Umat Beragama

Internasional / 23 January 2011

Kalangan Sendiri

Pluralisme Menjawab Perbedaan Umat Beragama

daniel.tanamal Official Writer
2884

Di tengah persoalan bangsa mengenai kehidupan umat beragama, satu realita yang terjadi adalah antar agama saling mengedepankan soal perbedaan dan bukan persamaan. Hal ini jelas menjadi jurang pemisah yang dapat memperkeruh kehidupan anak bangsa. Karenanya perlu jembatan dan wadah untuk mempersatukan hal tersebut.

Pluralisme dikedepankan dalam menjawab tantangan itu sebagai jembatan dan wadah pemersatu. Hal ini diserukan aktivis perempuan Musdah Mulia dalam dialog “Membangun Toleransi Antarumat Beragama di Indonesia” di Kampus UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Kamis (20/1).

Ketua Lembaga Kajian Agama dan Jender (LKAJ) dan Sekretaris Jendral ICRP (Indonesian COnference on Religion and Peace) ini menjelaskan selain lima agama yang diakui Negara (Islam, Kristen, Protestan, Hindu dan Budha), dalam prakteknya juga masih ada aliran atau agama lain yang dianut oleh sebagian warga Indonesia yakni Tao, Syikh, Bahai dan Yahudi, serta terakhir Konghucu yang diakui negara semasa pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid.

Menurut Musda, Pluralisme tidak boleh terhenti pada tataran menerima perbedaan, tapi harus saling menghormati, menghargai dan kerjasama membangun kebersamaan untuk kepentingan bangsa dan negara yang lebih besar. “Untuk itu tidak benar kalau pluralisme diartikan sebagai penyatuan semua keyakinan agama,” tegas Musdah Mulia lagi.

Menghormati dan menilai seseorang atau golongan lain dari persamaan berarti memberi ruang perdamaian dan persaudaraan yang harus kita tumbuhkan sebagai buah manis untuk generasi berikutnya yang akan berkonsentrasi membangun perubahan paradigma di Indonesia.

Sumber : Berbagai sumber/dpt
Halaman :
1

Ikuti Kami