Beberapa waktu lalu saya menghabiskan waktu mengkonseling sepasang suami istri yang sedang bergumul menghadapi masalah keluarga yang cukup berat. Perselingkuhan yang disertai perzinahan adalah penyebab utamanya dan bagi pasangan ini, sangat sulit untuk memutuskan apakah akan tetap mempertahankan pernikahan ini atau mengakhirinya.
Sebelum masalah ini terungkap, pernikahan berjalan dengan lancar dan hanya ada sedikit indikasi yang menunjukkan ada sesuatu yang salah. Perselingkuhan ini tidak berlangsung lama namun fakta bahwa perzinahan telah terjadi membuat sang istri tidak tahan lagi.
Pasangan ini telah menikah sekitar 10 tahun dan belum memiliki anak. Mereka menikah di usia muda dan keduanya sedang berada di usia akhir 20-an. Saya bertanya pada suaminya, pihak yang telah melakukan perzinahan, untuk menjelaskan alasan saat perzinahan itu mulai terjadi. Saya tertarik dengan jawabannya.
Ia bicara bukan tentang seseorang yang lebih cantik. Juga bukan tentang seseorang yang lebih muda. Perzinahan itu adalah kesempatan yang muncul dengan sendirinya dan menawarkan pengalaman yang bertolak belakang dengan rasa monoton yang dialaminya di dalam hubungan pernikahan. Wanita selingkuhan ini hanya sekali menawarkan seks dan sang pria merasakan getaran yang benar-benar berbeda.
Dan itulah dia. Sesuatu yang berbeda. Hubungan seks itu sendiri tidaklah lebih baik dari yang biasa ia lakukan dengan istrinya. Hal lainnya juga tidak lebih baik. Seorang wanita menawarkan sesuatu dan dalam sekejap semuanya sudah terjadi. Pada tingkat tertentu, ujarnya, ia merasa sangat senang karena dirinya diinginkan oleh orang lain. Senang rasanya mengetahui bahwa orang lain menganggap Anda menarik dan ingin berhubungan seks dengan Anda.
Meskipun demikian saya berani bertaruh bahwa sebagian besar pria yang berzinah dan pasangan mereka mengetahui hal ini akan membawa perubahan yang cukup drastis bagi mereka. Dalam banyak kasus, saya mendapati bagaimana pria maupun wanita berkata jika mereka tahu kerusakan dan rasa sakit yang ditimbulkan akibat perzinahan yang mereka lakukan, hal itu tidak akan pernah terjadi. Saya mempelajari kasus-kasus ini dan melihat bagaimana mereka pada akhirnya belajar meskipun dengan harga yang sangat mahal.
Beberapa orang lainnya mengungkapkan bahwa perzinahan mereka merupakan hasil dari ketidak-bahagiaan dalam pernikahan mereka saat ini dan mereka sedang mencari ‘koneksi’. Jadi pada tingkat tertentu banyak orang yang pada akhirnya membenarkan perselingkuhan yang dilakukannya karena ketidak-bahagiaan yang dirasakannya di dalam pernikahan.
Jawaban atas alasan perselingkuhan dan perzinahan tidak pernah mudah, namun satu poin yang selalu muncul dalam sesi konseling yang saya lakukan adalah: sebuah perselingkuhan merujuk pada sebuah kebutuhan. Kebutuhan itu dapat berupa:
Pernikahan tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan sebagai sepasang suami istri. Namun pernikahan juga bicara tentang pemenuhan individu, kebutuhan secara pribadi. Ambillah waktu untuk memeriksa hubungan Anda dan apakah tujuan bersama Anda telah terpenuhi. Setelah itu, periksalah kebutuhan Anda dan juga pasangan Anda secara individu. Berapa banyak dari kebutuhan itu yang terpenuhi? Berapa banyak dari kebutuhan itu yang memerlukan pengorbanan Anda untuk membuat pasangan Anda bahagia?
Pernikahan bahagia merupakan hasil keseimbangan dari dua tujuan baik sebagai pasangan suami istri maupun sebagai individu. Camkanlah hal ini!
Lakukan latihan pemeriksaan ini bersama dengan pasangan Anda dan aplikasikan dalam pernikahan Anda. Hal ini mungkin bisa menyelamatkan pernikahan Anda.
Sumber : savemymarriagetoday.com