1 Tahun Pasca Bencana, Haiti bangkit

Nasional / 5 January 2011

Kalangan Sendiri

1 Tahun Pasca Bencana, Haiti bangkit

Stella Maris Official Writer
3120

Port-Au-Prince, Haiti, seorang remaja pemalu, merasakan debaran dalam kehidupan. Ia menyaksikan dengan ngeri tubuh hancur ibunya diangkut ke dalam gerobak setelah gempa 12 Januari.

"Saya percaya bahwa Daphne adalah seorang gadis yang rapuh dan sensitif bahkan sebelum 'goudou-goudou,'" kata Pierre Yusuf, seorang psikolog. "Dia seperti sebuah gelas yang diisi sampai penuh dan kemudian meluap. Anda bisa mengatakan dia masih shock. Tapi dia sedang mencari keseimbangannya. "

Setelah 1 tahun pasca bencana, kini Haiti memiliki harapan baru. Lebih dari 1 juta pengungsi masih hidup di bawah tenda dan terpal. Pembangunan rekonstruksi pun sudah dimulai.

Dan memang, bagi beberapa orang, penderitaan adalah sebuah konstanta. Rose, seorang perempuan muda diculik, berulang kali diperkosa dan disembunyikan di reruntuhan gempa bumi Juni lalu dan terpaksa melarikan diri ke desa setelah penculik itu melakukan upaya kedua. Marie Claude Pierre, yang anaknya dibawa ke luar negeri dalam airlift yatim, sedih bahkan sebelum gempa. Dia lebih menyedihkan sekarang.

Meskipun berlatar belakang suram, banyak warga Haiti, seperti Daphne, sudah mulai menemukan keseimbangan seperti untuk menyembuhkan atau hanya untuk menyesuaikan kembali pandangan mereka. Seorang penari yang kakinya diamputasi mulai berjalan di sebuah kaki barunya. Seorang pendeta yang gerejanya hancur, menggembalakan jemaat dua kali lipat banyaknya. Seorang pengusaha, yang keras kepala setia ke Haiti, membuka kembali pabrik earthquake-proof nya yang runtuh.

Di sini, menghantui namun penuh harapan, inilah salah satu cerita mereka.

Fabienne Jean, penari yang kehilangan kaki karena gempa, tersenyum begitu berseri-seri dan menunjukkan keberaniannya sehingga semua orang yang bertemu atau membaca tentang dirinya ingin membantu. Dokter, prosthetists, koreografer, penari penyandang cacat, kelompok amal, mereka semua bercita-cita untuk mengadopsi Jean.

Baru-baru ini, berdiri dengan bangga dengan dua kaki palsunya, Jean memimpin jalan ke rumah keluarganya. Jean yang pindah kembali dengan keluarga besarnya berharap, "Secara realistis, tidak ada cara bagi saya untuk menjadi penari profesional lagi. Jadi saya perlu cara lain untuk mencari nafkah.”Dia membayangkan sebuah butik fashion atau sekolah tari.

Ayahnya berkata bahwa ia takut setelah gempa Jean akan berakhir "di sudut, seperti orang cacat." Tapi itu tidak akan terjadi, katanya.

Badai pasti berlalu dan pasti ada pelangi sehabis hujan. Penderitaan dan permasalahan tidak akan selamanya bersama kita. Ada waktunya berduka dan ada waktunya bersuka. Namun yang terpenting adalah pengharapan. Dengan pengharapan kita dapat menyongsong hidup baru yang lebih baik.

Sumber : nytimes
Halaman :
1

Ikuti Kami