Suasana menjelang Natal di Ambon tepatnya di Desa Wayame, Kecamatan Teluk Ambon sungguh menggugah hati. Mulai hari Selasa warga Desa Wayame sudah ramai mengantarkan bingkisan Natalnya ke tetangga-tetangga.
"Bagi kami, setiap hari adalah hari raya. Hubungan kami bukan hanya karena ada hari raya, tapi hubungan persaudaraan yang mendalam, tanpa keterpaksaan dan tidak dibatasi kepercayaan, agama, atau apa pun,” kata John Sahalessy, salah seorang pendeta yang bekerja di Gereja Pniel.
Perayaan Natal memang tidak dirayakan oleh semua warga, namun mereka semua turut berpatisipasi memeriahkan Natal bagi warga yang merayakannya. Dari anak kecil, orang dewasan tua-muda semua turut campur tangan.
Ambon memang terlihat kental dengan persaudaraan dan persahabatannya, namun hubungan kekerabatan antar Kristen dan Muslim sudah hilang dan terjadi segregasi pemukiman warga Kristen dan Muslim. Kini jarang umat Muslim yang tinggal Ambon, khususnya di Desa Waihoka, Kecamatan Sirimau.
Warga Kristen – Muslim di Kota Ambon tetap saling berkomunikasi, namun mereka lebih berhati-hati dan waspada dalam bertindak dan berkata-kata supaya tidak menumbulkan konflik baru.
Warga Ambon merindukan kebersamaan, dan itu bisa diwujudkan berdasarkan Pela Gandong, ikatan kekerabatan yang dibangun oleh para leluhur atas sumpah persaudaraan dan garis darah yang berbeda agama.
”Perbedaan agama dan kepercayaan hanya sebatas pagar halaman masjid atau gereja. Keluar dari pagar rumah ibadah, kami semua sama dan satu, warga negara Indonesia yang hidup di tanah yang sama dan berasal dari leluhur yang sama,” kata John Sahalessy.
Persatuan dan kedamaian hanya bisa diwujudkan apabila masing-masing manusia membuka mata, keluar dari kotak agama dan melihat kalau mereka tetap satu dan bersaudara.
Sumber : Kompas