Beberapa tahun terakhir, beberapa anggota dewan dikritik karena berusaha meminimalkan pesan Natal. Buktinya, Birmingham meluncurkan perayaan ‘Winterval”, yang merupakan kombinasi dari banyak agama serta kaum sekuler dengan Natal. Beberapa toko melarang penyanyi Natal karena dianggap sebagai “polusi udara” sementara polisi di Lancashire meperingatkan para penyanyi Natal kemungkinan tidak diterima di tiap rumah yang tidak menginginkan kelompok asing di depan rumah mereka.
Awal Desember, mantan Uskup Agung Canterbury Lord Carey meluncurkan kampanye ‘Not Ashamed”, mendesak umat Kristen menunjukkan iman mereka di tempat umum dan tempat kerja. Dia mengkritik adanya kecenderungan untuk menghapus tradisi Kristen dari masyarakat umum, mengkritik dewan yang mengganti lampu Natal dengan sebutan ‘cahaya musim dingin’ dan para produsen kartu menuliskan kata “season’s greeting” ketimbang “Merry Christmas”.
Sekarang, Uskup Agung Canterbury di Inggris, Dr. Rowan Williams, mengkritik pejabat negara yang membenarkan menghapus lagu Natal dan perayaan Natal di London. Komentar ini disampaikan setelah Lord Carey meluncurkan kampanye “Not Ashamed” tersebut.
Padahal, menurutnya pemeluk agama lain menyukai kisah kelahiran Yesus Kristus dan tidak tersinggung oleh perayaanNatal karena mereka menghormati pesan Natal. Bahkan atheis berpikir kelahiran Yesus tersebut sebagai kisah ‘cinta yang tak berdaya’ lintas batas budaya dan agama.
“Natal adalah salah satu ekspor besar Eropa. Anda akan bertemu dengan Sinterklas dan rusanya di Shanghai atau di Dar es Salaam, kota yang mungkin tidak pernah dengar Anda dengar namanya. Bahkan, kisah mengenai kelahiran ini dicintai oleh orang non Kristen. Salah satu kisah terbaik Natal yang diceritakan kembali dalam film terbaru, dibuat perusahaan Iran,” urainya seperti yang dilansir Telegraph.
Sumber : okezone/lh3