Ditengah suasana nasionalisme yang tengah menggelora di Indonesia usai pasukan Garuda Merah Putih melenggang hebat ke babak Final Piala AFF 2010, suara-suara sumbang, kritik pedas hingga menyalahkan akibat kegagalan negara lain muncul dan dapat mengernyitkan dahi bagi siapapun yang membacanya.
Adalah pengamat sepakbola yang juga bekas pelatih klub Singapura Tanjong Pagar, Tohari Paijan yang secara mengejutkan menyalahkan Liga Sepakbola Super Indonesia atas kegagalan tim nasional sepakbola Singapura dari Piala AFF 2010 itu. Menurut Paijan, para pemain tim sepakbola Singapura yang bermain di klub-klub Indonesia tidak tampil bagus dan kurang profesional. "Beberapa jadwal pertandingan di liga Indonesia tidak pasti, jadi bagaimana mau latihan dengan baik bila jadwalnya serba tidak pasti" ujarnya seperti dikutip The New Paper Minggu (19/12).
Delapan pemain tim sepakbola Singapura mencari nafkah di Indonesia, yaitu Noh Alam Shah, Muhammad Ridhuan, Baihakki Khaizan, dan Mustafic Fahrudin. Mereka sudah dua musim tampil di Liga Indonesia. Sedangkan empat pemain lain menyusul, yaitu Precious Emuejeraye, Shahril Ishak, Khairul Amri, dan Agu Casmir.
Paijan melihat dampak dari jadwal Liga Indonesia juga membuat pemain Singapura kelelahan. Salah satu contohnya, kata dia, pemain sayap Muhammad Ridhuan yang bermain untuk Arema. Ridhuan mencetak lima gol dalam delapan pertandingan bersama klubnya, tetapi tak menunjukkan kehebatannya saat tampil dengan tim nasionalnya.
Sedangkan sumber The New Paper lainnya, tim negara lain lebih ganas dibandingkan tim Singapura. Salah satu sebabnya, mungkin karena sekarang para pemain Singapura lebih loyal dengan klub ketimbang dengan negaranya.
Makan gaji buta
Pertanyaannya mengapa para pemain Singapura lebih loyal dengan klub ketimbang dengan negaranya? Kadir Yahya, bekas asisten pelatih di klub Pelita Jaya mengatakan para pemain juga takut cedera. Bila pemain cedera, pemain bisa dipulangkan oleh klub. "Di Liga Super Indonesia, pemain asing bisa dipulangkan kapan saja, ini bisnis besar di sana, banyak pemain yang menunggu untuk bermain di liga," kata Kadir yang beradi di Pelita Jaya dari 2007 hingga tahun lalu.
Bermain di Liga Super Indonesia memang menggiurkan, menurut The New Paper, pemain top di Liga Indonesia bisa mendapat gaji antara 4.000 hingga 8.000 dolar. Sedangkan menurut beberapa media, beberapa pemain Singapura yang pindah ke Indonesia mendapat gaji dua kali lipat plus fasilitas seperti seorang sopir.
Tak heran, bila pemain Singapura betah berlaga di Liga Indonesia. mereka tak perlu lagi mencuci baju sendiri atau membersihkan sepatu lagi. "Saya ingin lebih lama bermain di sini," kata Baihakki, pemain Singapura yang berlaga untuk Persija Jakarta. "Di sini saya merasa seperti pemain bola profesional, siapa yang tidak ingin hidup seperti ini," ujarnya.
Jika melihat berita dan fakta yang terpapar, siapa yang mestinya disalahkan? Tohari Paijan, pemain Singapura yang bermain di Liga Indonesia, atau Liga Indonesia? Mungkin lebih tepat jika dikatakan bahwa yang salah adalah seseorang yang tanpa melihat fakta dan alasan yang jelas berkomentar miring kepada timnas lain yang sedang berprestasi.
Sumber : tempointeraktif/dpt