Pemimpin Gereja Katholik Indonesia, Julius Kardinal Darmoatmojo SJ angkat bicara tentang peristiwa penemuan dan meledaknya bom di GKMI Solo Jl. Kedempel No. 14 Dawung Wetan, Kelurahan Danu Kusuman, Kecamatan Serengan, Solo Sabtu (4/12).
Kardinal menyayangkan peristiwa yang dianggapnya menambah luka kebersamaan beragama di Indonesia ini. “Semua orang menyayangkan terjadinya hal tersebut. Sebenarnya, masih banyak hal lain yang harus diperhatikan seperti kesejahteraan, kehidupan serta kerukunan bersama. Masih banyak juga masalah lain yang belum teratasi,” ungkapnya pada acara peresmian gedung baru RS Brayat Minulya, Rabu (8/12).
Lebih dari itu Kardinal yang juga turut serta dalam pemilihan Paus 2005, yang akhirnya terpilih Paus Benediktus XVI, menambahkan, jika masyarakat ingin memberikan aspirasi atau pendapat boleh saja asal diungkapkan dengan komunikasi yang baik seperti berdiskusi. “Bukan dengan kekerasan, karena hal itu tidak layak dan tidak wajar. Masyarakat juga tidak perlu membesar-besarkan hal tersebut,” terangnya.
Jangan ada pembalasan!
Hal yang utama diingatkan adalah jangan ada pembalasan, karena menurut Kardinal dengan pembalasan masalah tidak akan pernah selesai. “Masyarakat tidak perlu merasa terpecah belah. Kami berharap masalah tersebut cepat selesai. Peristiwa yang sudah terjadi biarlah terjadi dan tidak perlu ditambah atau dimulai lagi,” tambahnya.
Julius menegaskan bahwa masyarakat tidak perlu resah atas peristiwa ini karena kota. Solo adalah kota budaya dan sebaiknya berperilaku layaknya budaya di Kota Solo. Berperilaku luhur seperti melindungi dan membantu masyarakat yang kurang mampu adalah cerminan luhur pribadi masyarakat Indonesia.
Membuat keputusan adalah pilihan setiap individu. Solusi damai adalah jawaban tegas atas setiap tekanan yang ditujukan kepada umat Kristen. Dari solusi ini muncul kepedulian dan rasa syukur terhadap Tuhan, bukan berpegang terhadap kehendak kepentingan kelompok ataupun emosi sesaat.
Sumber : Berbagai sumber/dpt