Mereka datang ke Amerika dari Afrika Barat tapi kemudian mereka mengalami jam kerja tanpa henti seperti seorang budak. Hal itu masih terjadi sampai sekarang. Nicole datang ke Amerika pada tahun 2002, ketika umurnya 12 tahun. Dia dan 20 orang lainnya berada di bawah pengawasan penculiknya. “Seperti dijebak, seperti di dalam kurungan,”kata Nicole,bukan nama sebenarnya, yang sekarang berumur 19 tahun.
Keluarga mereka mengijinkan mereka ke Amerika karena dijanjikan bahwa mereka akan menerima pendidikan yang lebih layak di sana. Tapi ketika mereka tiba, mereka dipaksa untuk bekerja di sebuah pusat toko di Newark, dekat New York. Para gadis itu tidak pernah mengungkapkan hal ini kepada masyarakat umum, sampai sekarang.
“Mengerikan sekali,” kata Zena Amevor, yang berumur 15 tahun ketika dibawa dari Togo, kampung halamannya. “Kadang tidak ada cukup makanan buat kami makan… Seperti di penjara. Saya terkurung di sini, sangat mengerikan.”
Jacqueline berumur 13 tahun ketika dibawa ke Amerika, tidak tahu apakah benar wanita yang dipanggilnya ‘tante’ itu benar-benar tantenya. “Ayah saya, bekerja keras agar saya bisa sekolah, jadi ketika tante saya datang dan mengatakan kepada keluarga saya bahwa saya bisa sekolah di Amerika, mereka mempercayainya,” katanya. “Semuanya merasa bahagia saat itu.”
Kenyataannya, para gadis ini bekerja seperti budak. Setiap hari, mereka berdiri di depan toko salon, di depan para tamu. Sepanjang hari mereka tidak bisa duduk, lebih dari 12 jam. Mereka lakukan pekerjaan mereka selama lebih dari 5 tahun, kadang-kadang baru selesai sampai pukul 2 pagi. Jika mereka sedang menyalon rambut para remaja yang hampir seumur dengan mereka, “Saya harap saya bisa pergi dengan mereka,” kata Nicole. “Kebanyakan, saya menangis sesudah itu.. karena saya melihat banyak remaja yang datang dan pergi, mereka pergi nonton dan menjadi remaja biasa. Saya tidak mengerti mengapa hidup saya seperti ini…”
Perbudakan melalui perdagangan budak masih berlanjut sampai hari ini di Amerika, meskipun seringkali tidak terdeteksi, menurut ahli hukum.
Penculik itu mengontrol mereka dengan cara memukul mereka, menahan makanan, memisahkan mereka dari orang lain, seringkali, melakui pelecehan seksual, menurut dokumen pengadilan. Bahkan bila mereka menelepon keluarga mereka, telepon itu juga dimonitor oleh si penculik.
Beberapa tahun setelah kedatangan mereka, Imigrasi Amerika menerima sebuah keterangan dan melakukan pengamatan yang mendalam di rumah yang mereka tinggali. Setelah berbulan-bulan kemudian, akhirnya mereka berhasil mengungkapkan kebenaran. Peter Edge, orang yang memimpin penyelidikan, mengatakan bahwa tidak satupun dari gadis-gadis itu yang pernah memanggil petugas untuk pertolongan. Itu terjadi tahun 2007.
Lebih dari dua tahun kemudian, Akouavi Afolabi, suaminya yang bernama Lassissi Afolabi, dan anak mereka Dereck Hounakey, dihukum karena melakukan perdagangan budak. Akouavi merupakan pemimpinnya, sementara suami dan anaknya adalah kaki tangan, menurut catatan pengadilan. Tahun ini bulan September, pengadilan Newark menghukum Akouavi Afolabi dengan 27 tahun penjara, suaminya menerima 24 tahun, dan anak mereka dihukum 4,5 tahun penjara.
Sumber : cnn/lh3