Hingga suatu waktu, Sari memergoki perselingkuhan ayahnya dengan seorang wanita. Dan hal itu semakin melukai hatinya. "Suatu hari, ketika SMP kelas 1 saya sengaja mampir ke toko ayah saya. Saya melihat ayah saya mengobrol begitu intim seperti orang pacaran dengan seorang wanita. Semenjak itu saya mulai benci sekali. Sudah benci, tambah benci lagi sama orang tua," kisah Sari.
Kebencian yang menumpuk di hati Sari membuatnya semakin berani untuk menentang segala perintah ayahnya. "Saya tidak suka dengan ayah saya. Setiap dia bilang A, saya jawabnya B. Setiap bertemu itu tidak pernah akur. Ujungnya pasti berantem dan saya lari. Jika sudah begitu, saya lari ke nenek saya dari ibu saya. Dia yang bisa bela saya," ujar Sari.
Kekesalan-kekesalan yang menumpuk di hati ayahnya, sering dilampiaskan kepada ibunya. Hal itu tidak pernah lepas dari perhatian Sari dan semakin menambah luka di hatinya. "Melihat itu paling menyakitkan, mulai dari situ timbul rasa dendam dan benci. Sudah tidak ada lagi rasa menghormati sebagai orang-tua," kisah Sari.
Kebencian Sari terhadap sosok laki-laki semakin bertambah disaat ia menerima perlakuan tidak senonoh dari seorang saudara tirinya. "Disitu ia mau memperkosa saya. Untung rumah ramai, saya berteriak hingga itu tidak sampai terjadi. Tapi niatnya itu membuat saya ketakutan hingga saya sampai gemetar. Akibatnya, setiap laki-laki yang dekat saya, saya mau permainkan."
Niat untuk menyakiti kaum pria yang melekat di hati Sari seperti mendapatkan pemenuhan, dimana semenjak kecilnya Sari mulai diisi dengan ilmu-ilmu pelet warisan keluarganya. "Saya sedari kecil, semenjak kelas 6 SD sudah diisi dengan ilmu-ilmu pelet, bagaimana menarik laki-laki, dimandiin air kembang, kadang saya disuruh berendam tengah malam di air," kisah Sari bagaimana masa kecilnya ia sudah diperkenalkan kepada ilmu pelet oleh keluarganya.
Menjelang dewasa, Sari pun mulai mempraktekkan ilmu yang berkembang pada dirinya kepada setiap pria yang ditemuinya. "Ada kakak kelas saya yang selalu mencari saya. Setiap datang ke rumah saya, saya cuekin saja. Saya sambut sehabis itu saya pergi keluar rumah. Buat saya terserah dia mau ngapain aja di rumah saya, saya mah mau pergi. Kadang dia juga suka bolak-balik lewat depan rumah, saya tahu dia lewat, berhenti depan rumah saya cari-cari saya. Saya sih di dalam melihat tertawa-tawa saja. Saya senang ngerjain laki-laki seperti itu. Setiap orang yang dekat pada saya ya saya tidak cinta. Dekat ya buat saya korbanin saja."
Sari semakin sering menggunakan ilmu peletnya kepada setiap pria. Bahkan di sekolahnya pun, banyak teman prianya yang menjadi korban ilmu peletnya. Dimulai dari teman satu kelasnya, adik kelasnya, kakak kelasnya. "Setiap satu kelas, minimal empat orang nyangkut saya kerjain saya mintain uang. Kadang-kadang suka berantem saya dengan teman satu kelas. Karena mereka suka laki-laki yang dapat saya. Karena saya merasa, ayah saya laki-laki ya mereka semua laki-laki. Dengan cara itu saya bisa balas dendam ke semua orang. Mungkin lebih dari 100 laki-laki yang sudah saya pelet," ungkap Sari.
uatu ketika Sari pun memelet seorang pria yang merupakan pacar dari seorang temannya. Dikarenakan pria tersebut hanya ingin mempermainkan seorang temannya. "Tanpa sadar, istilahnya, saya pun waktu itu menikah juga bukan karena kemauan saya. Karena kemauan orang-tuanya, disuruh nikah sama anaknya. Saya jalani saja, tanpa rasa suka tak suka, pokoknya saya jalanin saja."
Tiga tahun jalankan pernikahan, suaminya harus meninggal dunia karena sakit keras. Dan hal itu seperti momen dalam hidup Sari untuk kembali menggunakan kuasa-kuasa kegelapan yang dimilikinya. Sari merasakan kesedihan karena biar bagaimanapun dia itu suaminya dan baik kepadanya. "Tetapi saya harus bangkit, saya harus berjuang, saya harus bekerja. Saya harus memulai sesuatu yang baru setidak-tidaknya untuk yang akan datang."
Sari pun mulai bekerja di tempat pijat terapis di Jakarta. Dan mulai dari situlah, Sari pun kembali menggunakan ilmu-ilmu peletnya untuk mulai menjaring banyak pelanggan kepadanya. Ia menggunakan guna-guna juga agar diberi tip yang banyak, supaya pelanggan baik kepadanya.
Pengaruh ilmu pelet yang digunakan Sari semakin meluas, bahkan pemilik tempat dia bekerja tidak lupa dari guna-gunanya. "Termasuk tiap ketemu boss saya, saya minta uang. Itu dia ambil dari kantongnya langsung. Jika sedang tidak ada, diapun bisa ambil saja dari kasir. Kadang karyawan lain ada yang butuh untuk anaknya atau cash bon, itu boss saya tolak."
Merasa memiliki ilmu yang mumpuni, membuat Sari menjadi sombong. Sering temannya meminta tolong padanya untuk meminjam uang kepadanya. Sari suka membuatnya sampai memohon-mohon dulu bahkan menyembah-nyembah dulu kepadanya. Jika ia pinjamkan pun, Sari suka membungakan pinjamannya itu. "Saya pun sekaligus menjadi renternir."
Merasa tidak cukup puas dengan ilmu peletnya, lewat pengaruh seorang temannya Sari pun diajak untuk mempercantik diri. Sari pun memasak susuk melalui perantaraan seorang temannya. "Seratus lima puluh ribu saya dapat dua susuk. Saya ditanya mau pasang dimana. Satu saya mau pasang di lidah. Dia ambil silet lalu dia tanya mau sakit atau tidak. Saya bilang, tidak. Lalu saya diminta keluarkan lidah saya. Lalu dia potong lidah saya dengan silet itu tanpa keluar darah. Lalu emas susuk itu dimasukkan ke dalam lidah saya. Lalu menutup lagi lidah saya."
"Kedua, lalu dia pasang di muka saya. Dia beset lagi wajah saya tanpa darah keluar. Selesai itu saya ke belakang dan saya dimandikan oleh istrinya, lalu saya pulang. Terasa memang emas itu jalan kemana-mana ke seluruh tubuh saya."
Sejak memasang susuk ditambah dengan ilmu pelet warisan keluarganya. Sari semakin menjadi primadona di tempatnya bekerja. "Jadi, tidak hanya susuk saja saya pakai. Saya permak semua ini. Mulai dari hidung saya, muka saya, bibir saya, semua saya permak ini. Karena saya merasa semakin kesini semakin tidak puas. Semakin saya merasakan kuasa kegelapan itu saya gak pernah puas. Saya mencari sesuatu yang baru saya gali-gali terus."
Namun semakin Sari mencari kepuasaan yang terus dikejarnya. Sari merasakan sesuatu yang semakin hampa dalam dirinya. "Walaupun semuanya sudah ada pada saya, tetapi tetap di dalam diri saya ini tidak ada kedamaian, kosong sekali. Kadang-kadang di lantai 4 saya sendiri, saya bengong. Dalam diri saya itu tak ada rasa satu pegangan karena tidak ada lagi kedamaian. Walaupun saya merasa puas sekali, saya memiliki uang, pakaian. Tetapi rasanya sesuatu dalam diri saya itu hampa. Saya mau cari apa? Kosong saja. Tapi saya tidak tahu jalannya kemana. Cari kebahagiaan, cari kedamaian itu kemana saya tidak tahu. Kosong."
Hingga suatu saat Sari dipanggil ke rumah salah seorang pelanggannya untuk melayani pemijatan terapis. Dan tanpa Sari duga sama sekali, jawaban dari kekosongan hatinya selama ini yang ia cari mulai mendapatkan titik terang. "Akhirnya ada seseorang yang menceritakan kepada saya suatu pribadi, yaitu Yesus. Benar-benar mungkin sudah waktunya Tuhan, Tuhan jamah saya. Terus terang tanpa pikir panjang, karena saya butuh, dan dia bilang ‘Isa Almasih, Tuhan Yesus ini benar-benar mau menerima kamu apa adanya. Di saat itu saya merasakan inilah yang saya cari selama ini. Inilah yang belum pernah saya dapatkan dari kasih sayang kedua orang-tua saya, dari ibu saya, dari keluarga saya yang lain yang selama ini tidak saya dapatkan dari dunia saya," kisah Sari bagaimana untuk pertama kalinya dalam hidupnya ia merasakan kasih Tuhan.
Hari itu merupakan titik awal penyerahan hidup Sari kepada Tuhan. Namun Sari harus mengalami pertobatan dari dosa-dosa ilmu hitamnya juga luka batin yang telah mengikatnya puluhan tahun. "Waktu itu saya pelepasan, namanya pentahiran. Saya bermanifestasi luar biasa sekali, mungkin hingga lima orang tidak bisa memegang saya. Segala sesuatunya seperti susuk itu, badan saya terasa panas sekali sampai saya merasa tidak kuat. Satu persatu itu keluar dari tubuh saya, rasanya panas sekali. Tetapi setelah itu semua lepas, saya merasakan sesuatu yang berbeda. Ada beban yang terlepas dari diri saya. Pokoknya saya semenjak itu saya menjadi manusia yang benar-benar baru."
Johnny, pembimbing rohani Sari mengungkapkan, "Setelah dilayani Sari berubah. Yang pertama dari wajahnya. Ketika ia datang pertama kali ia datang dengan wajah yang seperti membawa beban berat sekali. Tetapi sekarang saya bisa melihat, setiap kali ia datang doa, wajahnya sukacita. Cerah, ya. Hidupnya kelihatan lebih ceria dibanding sebelumnya. Saya juga melihat hidupnya diberkati."
Sari menambahkan, "Karena semua luka batin saya, akar pahit saya sudah dicabut sudah dilepaskan dari segala dosa masa lalu saya yang hitam. KasihNya itu tidak terukur sepanjang jalan, kasihNya dulu sekarang tidak pernah berubah mengasihi saya. Saya berterima-kasih saya mempunyai Tuhan Yesus yang hidup yang mampu mengubah hidup saya dari yang rusak menjadi benar." (Kisah ini telah ditayangkan 3 Desember 2010 dalam acara Solusi di O Channel)
Sumber Kesaksian:
Maria Puspita