Ternyata beberapa kasus yang menimpa anak bangsa seperti penyiksaan TKW di Arab Saudi dan beberapa kasus lainnya, untuk beberapa organisasi massa masih kalah jauh penting dan substansial dibandingkan artis panas asal Jepang, Maria Ozawa alias Miyabi yang dijadwalkan tiba di Indonesia hari ini Senin (29/11).
Adalah organisasi massa Front Pembela Islam (FPI) yang ikut panas dan menyatakan dengan tegas menolak kedatangan Miyabi dalam rangka menghadiri premier film Hantu Tanah Kusir yang dibintanginya. "Kami menolak dengan tegas kehadiran Maria Ozawa ke Jakarta, karena di khawatirkan menimbulkan dampak yang kurang baik," tegas Ketua DPP FPI Jakarta, Habib Salim Umar Alatas saat dihubungi di Jakarta, Kamis (25/11).
Sebanyak 500 anggota Front Pembela Islam berdemonstrasi di Bandar Udara Soekarno-Hatta untuk menolak kedatangan aktris yang membintangi 130 film porno sejak 2005 itu. "Karena kuatir membuat pornografi semakin menyebar," kata Ketua Dewan Pimpinan Daerah FPI Jakarta, Salim bin Umar Alatas atau biasa disapa Habib Selon.
Akibat unjuk rasa itu, produser rumah produksi Maxima, Ody Hidayat menjadwal ulang agenda. Aktris 24 tahun itu kemungkinan besar akan membatalkan konferensi pers yang dijadwalkan berlangsung di Jakarta malam ini. Selain promosi film dari bioskop ke bioskop, aktris berdarah Jepang-Perancis itu juga rencananya akan mengunjungi pengungsi Merapi di Yogyakarta. "Dia juga ingin bertemu dengan FPI untuk mengetahui apa yang jadi masalah mereka," kata Ody.
Kontan saja rencana Miyabi yang ingin silaturahmi dengan FPI itu, ditolak mentah. "Tidak ada toleransi," kata Habib Selon. Dia hanya mau menerima Miyabi jika bintang itu masuk Islam, mengenakan jilbab, malah menawari untuk mengaji. "Kalau mau datang belajar mengaji, kami akan terima dengan baik," katanya.
Jika Miyabi tetap datang, dia melanjutkan, anggota FPI akan mendatangi langsung lokasi keberadaannya. "Kami akan kirim langsung ke bandara, suruh naik pesawat," ujar Selon.
Dari berita ini marilah kita berkaca, apakah tidak ada hal dan masalah lain yang lebih populis dan membela masyarakat yang mayoritas miskin ketimbang mengurusi persoalan lain yang tidak masuk akal. Akan lebih bijak jika kita menyampaikan aspirasi kebangsaan yang lebih mewakili kemaslahatan rakyat Indonesia.
Sumber : Berbagai sumber/dpt