Anda harus memberikan penghargaan khusus kepada gadis yang jujur – bukan yang lain. Pada sebuah website yang diberi nama Craig’s List, seorang gadis muda menulis: “Saya seorang gadis cantik spektakular yang berusia 25 tahun. Saya pandai berbicara dan berkelas. Saya sedang mencari untuk (menikahi) seorang pria yang berpenghasilan setidaknya setengah juta dolar dalam setahun. Di manakah Anda para pria single kaya berkumpul?”
Dia juga ingin tahu bagaimana para pria memutuskan antara ‘pernikahan VS pacaran’. “Saya HANYA mencari PERNIKAHAN.” Ujarnya.
Menanggapi iklan pencarian ini, seorang pria yang mengaku memenuhi persyaratan finansial sang gadis tersebut mengatakan bahwa dari sudut pandangnya, tawaran yang diajukan sang gadis merupakan kesepakatan bisnis yang buruk. “Apa yang Anda tawarkan adalah perdagangan yang sederhana: Anda membawa penampilan Anda ke pesta, dan saya membawa uang saya,” tulisnya. “Tapi inilah intinya: Penampilan Anda akan luntur sedangkan uang saya akan terus bertumbuh. Jadi dalam istilah ekonomi Anda adalah aset depresiasi dan saya adalah aset produktif.” (Ow owww!)
Inilah sebabnya, pria itu menjelaskan, “Bukanlah sebuah bisnis yang baik untuk ‘membeli Anda’ (yang justru merupakan apa yang Anda minta), jadi saya lebih suka menyewa Anda. Kesepakatan yang masuk akal (bagi saya) adalah kencan, bukan pernikahan. Jika Anda ingin masuk ke dalam beberapa jenis (perjanjian) sewa, biarkan saya tahu.”
Pernyataan tersebut memang cukup keras. Tetapi banyak pembaca yang merasa gadis tersebut pantas menerimanya. Ia telah mengubah pernikahan menjadi sebuah transaksi ekonomi – mengurangi apa yang seharusnya menjadi hubungan suci menjadi tak lebih dari hanya sekedar kontrak – dan itu merupakan sebuah kesalahan yang berbahaya.
Seorang ekonom Jennifer Roback Morse, penulis dari sebuah buku yang sangat cerdas Love and Economics, menempatkan hal ini dengan baik. Ketika membicarakan pernikahan, ujarnya, “bahasa kontraknya adalah... kesalahpahaman karena bertentangan dengan dasar kemurahan hati dan pemberian diri yang begitu penting dalam kehidupan pernikahan.”
Jennifer benar. Perjanjian kontrak merupakan upaya penghitungan untuk mendapatkan apa yang Anda inginkan pada istilah terbaik. Sedangkan pernikahan merujuk pada memberi dan berbagi.
Kontrak terbatas dan harus diperbaharui; pernikahan bersifat permanen, komitmen seumur hidup. Pernikahan bicara tentang pengorbanan diri, bukan kepuasan diri.
Alkitab mendukung hal ini. Kekristenan selalu melihat pernikahan sebagai perjanjian dengan Tuhan sebagai bagian di dalamnya. Para pasangan mengesampingkan keinginan mereka yang egois dan fokus pada kebutuhan pasangan yang dicintainya. Tapi nilai-nilai sekuler yang diterapkan dalam pernikahan mengajarkan pesan yang sama sekali berbeda: yaitu berhak mendapatkan terbaik dengan ‘memperoleh laba atas investasi’ kita. Akibatnya, pasangan pria dan wanita yang menganut nilai ini berusaha mendapatkan kesepakatan terbaik yang bisa mereka peroleh.
Tragisnya, mereka yang berpikir dengan cara ini seringkali berakhir dengan jalan buntu di mana pria meninggalkan istrinya saat penampilan sang istri mulai memudar, dan istri menjatuhkan suami jika mereka telah kehabisan uang.
Jadi bagi wanita ‘berkelas’ yang berharap untuk menikah dengan uang harus membaca Kidung Agung pasal 8. Dalam pasal ini, mempelai pria berkata kepada mempelai wanita: “Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina.”
Ayat-ayat ini menawarkan sekilas akan indahnya cinta dan berpacaran seperti yang dimaksudkan Tuhan. Ayat-ayat ini semakin memperjelas bahwa cinta sejati tidak dapat dibeli dan dijual atau mungkin disewakan dalam beberapa kasus.
Ketika tiba saatnya untuk mencari pasangan, kita harus mencari seorang yang setia, seorang yang beriman yang memiliki ‘cinta lebih baik daripada anggur’ seperti yang dikatakan Salomo. Seseorang seperti itu lebih berharga daripada semua uang – ataupun seseorang yang terlihat spektakuler di mata dunia.
Sumber : Charles Colson ? cbn.com