Masih ingat dengan gempa yang mengguncang Jakarta tahun lalu? Rabu, 2 September 2009, pukul 14.55 wib berpusat di 125 kilometer barat daya Tasikmalaya, gempa berkekuatan 7,3 SR itu menyambangi ibukota.
Kala itu diberitakan kepanikan luar biasa menyelimuti karyawan dan orang-orang yang berada di gedung-gedung Jakarta, seperti Pacific Place dan gedung Bursa Efek Indonesia. Orang-orang yang berkerumun dan berdesakan keluar. Pengguna jalan pun ikut berhenti sehingga memacetkan arus lalu lintas.
Wajib diingat, Jakarta masih punya sekitar 1400 gedung tinggi lainnya. Praktis jika gempa seperti itu “bertamu lagi”, aktivitas perkantoran di banyak tempat di Jakarta akan lumpuh total. Walau di Jakarta tak ada korban jiwa dan kerusakan yang berarti. Hanya saja, beberapa gedung mengalami keretakan di sana sini. Setidaknya peristiwa itu mengingatkan semua bahwa Jakarta bukan tempat aman dari ancaman gempa.
Ir Engkon K Kertapati, peneliti pada Pusat Survei Geologi – Badan Geologi, mengatakan bahwa Jakarta berada di atas tanah yang sangat lemah dan rentan terhadap guncangan gempa. Secara geologi, Jakarta terbagi dua wilayah; Jakarta bagian utara di mana permukaan tanahnya merupakan tanah lunak berusia holosen, dan Jakarta bagian selatan yang lapisan tanahnya relatif lebih padat dan berusia lebih tua (pleistosen).
Dikhawatirkan jika gempa kuat terjadi, wilayah Jakarta utara rawan alami proses likuifaksi alias amblasnya permukaan tanah karena perubahan sifat tanah dari padat menjadi air karena gempa. Sifat tanah di wilayah utara itu juga akan merambatkan getaran gempa sehingga mengalami amplifikasi atau perbesaran guncangan terhadap gedung-gedung di atasnya.
Dengan pemaparan itu, Engkon menyarankan agar Jakarta bersiap sebelum bencana tiba, khususnya Jakarta Utara. Karena wilayah ini mempunyai infrastruktur penting berdiri, dari mulai pelabuhan, kegiatan ekspor impor, transportasi, daerah wisata, sentra-sentra perdagangan juga peninggalan sejarah. ”Sebab, bagaimanapun juga, gempa bumi tidak akan membunuh manusia. Tapi, bangunan roboh lah yang bisa membunuh manusia,” kata Engkon.
Sumber : Berbagai sumber/dpt