Persatuan Gereja-Gereja Indonesia dan Konferensi Waligereja Indonesia kembali menyampaikan pesan Natal kepada seluruh umat Kristiani di Indonesia yang isinya mengajak untuk terus memupuk kerukunan dan mengutamakan kebaikan.
Pesan Natal tersebut ditandatangi Uskup Martinus Dogma Situmorang OFMCap dan Uskup Johannes Maria Pujasumarta, masing-masing sebagai ketua dan sekjen KWI dan Pendeta Andreas A. Yewangoe dan Pdt. Gomar Gultom selaku ketua dan sekjen PGI.
Dalam surat tersebut mereka menghimbau agar selain bersyukur boleh hidup dalam suatu negara yang secara konstitusional menjamin kebebasan beragama, juga untuk tetap waspada dengan gejala-gejala kekerasan atas nama agama yang semakin tampak dan mengancam kerukunan hidup beragama dalam masyarakat.
Dalam surat tersebut para pemimpin Gereja menyampaikan kerisauan akan perkembangan “peradaban” yang mengutamakan mereka yang bersuara keras atas mereka yang tidak memiliki kesempatan bersuara, peradaban yang memenangkan mereka yang hidup mapan atas mereka yang terpinggirkan.
”Peradaban yang sedemikian itu pada gilirannya akan menimbulkan perselisihan, kebencian dan balas-dendam, suatu peradaban yang membuahkan budaya kematian daripada budaya cinta yang menghidupkan,” kata mereka.
”Keadaan yang juga mencemaskan kita adalah kehadiran para penanggungjawab publik yang tidak sepenuhnya memperjuangkan kepentingan rakyat banyak, yang cenderung merugikan kesejahteraan bersama.”
Namun, para petinggi Gereja ini mengajak seluruh umat kristiani di tanah air untuk tidak kalah terhadap kejahatan, ”tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan, karena dengan membalas kejahatan dengan kejahatan, kita sendirilah yang dikalahkannya.”
”Kita wajib ikut serta mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur, bahkan melalui usaha-usaha kecil tetapi konkrit seperti menjalin hubungan baik dengan sesama warga masyarakat demi kesejahteraan bersama.
Marilah kita memantapkan penghayatan keberimanan kristiani kita, terutama secara batiniah, sambil menghindarkan praktik-praktik ibadat keagamaan kita secara lahiriah, semu dan dangkal.
Sumber : Berbagai sumber/dpt