Setelah dinyatakan bebas dari status tahanan rumah, Sabtu (13/11). Pemimpin pro-demokrasi Burma Aung San Suu Kyi menyerukan akan mengadakan revolusi damai untuk Myanmar lepas dari belenggu ketidakbebasan.
Suu Kyi yakin demokrasi akan datang ke Burma suatu saat, meskipun dia tak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan. Perempuan 65 tahun itu menyatakan akan mengambil setiap kesempatan untuk berbicara dengan para jenderal penguasa.
Ahad lalu, ribuan pendukung berkumpul mendengarkan pidatonya, yang mendesak rakyat Burma agar bersatu. “Kita harus bekerja bersama,” serunya. “Kita orang Burma cenderung percaya pada nasib. Tapi jika kita menginginkan perubahan, kita harus melakukannya dari diri kita sendiri.” Dia juga berjanji melanjutkan pekerjaannya “bersama seluruh kekuatan demokratik” menuju rekonsiliasi nasional.
Pembebasannya datang enam hari setelah Burma menggelar pemilu pertama dalam 20 tahun terakhir. Partai NLD sebelumnya menang mutlak dalam pemilu, tapi tak pernah dibiarkan oleh junta militer yang berkuasa. Tahun ini pemilu dimenangi oleh partai terbesar yang didukung militer, Union Solidarity and Development Party (USDP), tapi dikecam oleh Barat sebagai pemilu tidak bebas dan tidak adil.
Aung San Suu Kyi juga menegaskan, “Saya tidak tunduk pada pembatasan kebebasan apa pun.” Tapi dia sepenuhnya siap untuk mengambil konsekuensi jika pemerintah militer memutuskan untuk mengunci lagi atas apa yang dia katakan atau dia lakukan.
Sejak dahulu pembawa kedamaian memang mengalami penindasan luarbiasa dari pemerintah yang berkuasa. Tetapi semangat dan tekad kuat dilandasi iman percaya selalu mengalahkan tirani berapapun lamanya waktu yang diperlukan.
Sumber : tempointeraktif/dpt