Banyak permasalahan terjadi diantara umat Kristen dengan masing-masing tafsir, pendapat, dan peraturan. Tidak sedikit dari masalah tersebut yang berakhir secara menggelikan seperti yang terjadi di Sentani, Jayapura. Bagaimana tidak, hanya karena baptisan, satu gereja disegel.
Pagi tadi puluhan Jemaat Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Sentani, Jayapura, mendatangi Kepolsian Resor Sentani Sentani menuntut penutupan tempat ibadah Gereja Pantekosta Indonesia (GPdI) di wilayah Sentani, Senin (15/11). Puluhan jemaat GKI mendesak umat GPdI agar tidak lagi menggelar ibadah yang dianggap berseberangan dengan mereka. “Kami hanya meminta mereka tidak melaksanakan ibadah di sana, karena sesuai dengan perjanjian, mereka harus menutup tempat ibadahnya,” kata Ibrahim Waisabon, anggota Badan Pekerja Klasis (BPK) GKI di Sentani.
Ibrahim mengatakan, umat GKI tidak lagi harus dibaptis oleh pendeta GPdI karena sudah disucikan dalam GKI. “Itu yang membuat kami jengkel, masak sudah dibaptis, sekarang dibaptis lagi, aturan darimana itu,” ujarnya.
BPK GKI meminta kepolisian menjembatani penyelesaian masalah antara jemaat GKI dan GPdI, karena imbas dari konflik ini kedua pemuda jemaat sempat berkelahi. Sementara itu pihak gereja GPdI melalui seorang pendeta yang tidak mau menyebutkan identitas tersebut menyatakan akan menyelesaikan konflik ini secara kekeluargaan.
Konflik antara kedua jemaat telah berlangsung sejak pertengahan Oktober 2010. Akibat konflik tersebut, jemmaat GKI menyegel gereja GPdI di Sentani. Akibatnya, puluhan umat GPdI tidak dapat melaksanakan ibadahnya.
Bahkan di waktu akhir menjelang kedatangan Sang Juruselamat pun, umat Kristus masih saja bermasalah sibuk mengurusi diri sendiri, berkonflik hanya karena masalah yang tidak memberi kemenangan kepada jiwa-jiwa baru, tetapi malah melemahkan persekutuan diantara sesama. Melihat dan mengerti kembali nilai kasih juga pelayanan, menyadarkan kita akan luasnya pekerjaan Allah.
Sumber : tempointeraktif/dpt