Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya. Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi, lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi. – Mazmur 130:5-6
Refleksi
Saya seringkali bertanya-tanya bagaimana saya bisa tetap sabar dengan rencana Allah atas hidup saya kalau saya masih tetap jomblo. Saya sudah bicara begitu banyak mengenai hal itu sehingga bukan sebuah rahasia lagi – saya ingin menikah. Kebenarannya adalah ada banyak momen ketika saya sudah merasa lelah untuk menunggu seseorang yang tepat bagi saya. Ibu saya pernah menantang saya sekali. “Kamu harus pasrah dan percaya kepada Tuhan akan hal ini,” ujarnya. Saya mulai menangis. Ibu saya benar. Saya pun bertanya, “Bagaimana saya bisa memasrahkan sesuatu yang sangat penting?”
Mempercayakan perkara ini kepada Tuhan merupakan suatu proses yang cukup panjang, tapi saya tidak menginginkan apa-apa bagi diriku sendiri jika Tuhan tidak menginginkannya untuk saya. Dimanakah sukacita dan hidup yang berkelimpahan jika saya memaksakan hidup tidak sejalan dengan kehendak Tuhan dalam hidup saya? Merelakan hal ini ternyata sungguh sangat membebaskan. Saya masih percaya Tuhan akan memberikan saya keinginan itu, tapi saya akan percaya kepada cara Allah yang baik. Sampai Anda tiba di lingkungan yang mengabaikan Anda, rumput tetangga akan selalu tampak lebih hijau. Jika Anda tidak dapat menyerahkan sesuatu yang penting seperti halnya pasangan hidup, hal yang membahayakan adalah ketika ada yang datang, Anda tidak akan ingin melepaskannya lagi, dan mungkin saja Anda bisa berakhir dengan menyakiti hal yang justru sangat Anda rindukan. Saat ini saya merasa saya akan bisa masuk ke dalam pernikahan sebagai manusia seutuhnya. Daripada berdoa seperti, “Tuhan, kapan Engkau akan membawa seseorang yang spesial dalam hidup saya?”, lebih baik saya berdoa, “Tuhan, saya tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran-Mu akan masa depan saya... tapi saya akan menunggu apapun itu dengan penuh harap, dengan menyadari bahwa Engkau lebih mengenal saya daripada saya mengenal diri sendiri”. Saya ingin yang terbaik yang ada di dalam pikiran-Nya, tidak kurang dari itu.
Mencari Lebih Lanjut
Pernahkah Anda menunggu sesuatu begitu lama dan ketika hal itu benar-benar terjadi, sangat jauh dari apa yang Anda harapkan? Apakah Anda pernah merindukan untuk membuka hadiah Natal dan setelah Anda melakukannya Anda justru merasa kecewa? Pernahkah Anda bermimpi begitu indah dan ketika Anda terbangun Anda kecewa saat menyadari hal itu bukanlah kehidupan nyata? Pengalaman seperti itu bisa benar-benar membuat frustrasi. Kita tentu tidak ingin harapan yang kita bangun runtuh dalam kekecewaan saat kita masuk dalam pernikahan. Dan jika kita tidak berhati-hati, kita bisa hidup dalam dunia fantasi yang mengarungi kebahagiaan dan tidak mungkin diwujudkan dalam kehidupan nyata. Di sisi lain, rencana Tuhan bagi kita mungkin jauh melampaui apa yang kita bayangkan bagi diri kita sendiri. Nabi Yesaya pernah mengatakan hal ini:
Tidak ada telinga yang mendengar, dan tidak ada mata yang melihat seorang allah yang bertindak bagi orang yang menanti-nantikan dia; hanya Engkau yang berbuat demikian. Engkau menyongsong mereka yang melakukan yang benar dan yang mengingat jalan yang Kautunjukkan! – Yesaya 64:4-5a
Kunci utama saat kita menantikan Tuhan, ujar Yesaya adalah dengan terus berjalan bersama Tuhan, bergaul dengan kehidupan dan melakukan kebaikan.
Berserah Sepenuhnya
Apakah Anda sudah menempatkan kehidupan dan juga masa depan Anda sepenuhnya ke dalam tangan Tuhan? Jika belum, Anda dapat membuka telapak tangan Anda ke tanah dan katakan pada-Nya bahwa Anda ingin melepaskan keinginan pribadi Anda. Kemudian buka telapak tangan Anda ke langit sehingga menghadap surga, dan katakan kepada Bapa Surgawi bahwa Anda akan menyerahkan masa depan Anda seturut dengan kehendak-Nya atas hidup Anda. Doa ini mungkin menakutkan, tapi satu yang pasti sukacita surgawi dan hidup berkelimpahan akan tersedia bagi Anda. Tuhan akan melihat hati Anda bagaimana Anda membebaskan Tuhan berkarya sepenuhnya di dalam hidup Anda. Ketika semuanya telah dibukakan bagi Anda, tak ada kata yang terucap dari bibir Anda selain ucapan syukur atas jalan-jalan-Nya yang ajaib dalam hidup Anda.
Sumber : Rebecca St. James - cbn.com