Ironisnya Kehidupan Wanita di Afghanistan I

Nasional / 8 November 2010

Kalangan Sendiri

Ironisnya Kehidupan Wanita di Afghanistan I

Lois Official Writer
3618

Di Indonesia, kompor minyak mulai ditinggalkan, namun berbeda di Afghanistan. Keluarga termiskin di Afghanistan masih mempunyai korek api dan kompor minyak. Kombinasi yang biasanya digunakan untuk hidup. Tapi ternyata kombinasi ini dapat menjadi jalan keluar yang menakutkan, jalan keluar dari kemiskinan, pernikahan yang dipaksakan, dari kekerasan dan keputusasaan seorang wanita dengan cara membakar diri mereka sendiri.

Di malam sebelum dia membakar tubuhnya sendiri, Gul Zada membawa anak-anaknya ke rumah saudara perempuannya yang sedang mengadakan pesta. Namun karena dia tidak membawa kado, anggota keluarganya ada yang mencaci dia, kata anaknya Juma Gul. Inilah yang mungkin menjadi penyebab puncaknya. Zada (45) merupakan ibu dari enam orang anak dan menerima sedikit sekali penghasilan sebagai pembantu rumah tangga. Dia berakhir di Rumah Sakit Herat dengan terbakar 60% dari keseluruhan tubuhnya. “Dia terbakar dari ujung rambut ke ujung kaki,” kisah anaknya.

Rumah sakit ini memang rumah sakit di Afghanistan yang menangani pasien spesialis korban kebakaran, karena umumnya jenis bunuh diri yang dilakukan di sana, karena memang hanya itulah jalan keluar yang ada dan mudah dipakai. Zada, menurut pihak rumah sakit, mungkin mengalami depresi berat.

Zada tidak kelihatan seperti wanita yang memang sudah niat ingin melakukan bunuh diri meskipun hidupnya memang berat. Bagi keluarganya, dia merupakan penolong untuk hal-hal yang dibutuhkan. “Sebelum saya berpikir untuk menginginkan sesuatu, dia sudah menyediakannya untukku,” kata Juma Gul (32), anak tertuanya yang menghasilkan $140 per bulan. “Dia akan menjahitkan baju kami jadi kami tidak akan merasa kekurangan.”. Sewaktu dia berbicara, kedua saudara kembarnya yang berusia 10 tahun duduk dekatnya berpegangan tangan dan memegang potret ibu mereka.

“Dia tampak lebih baik,” tegas anak Zada, wanita yang tubuhnya terbakar 60% dan hal ini mengakibatkan sulitnya untuk bertahan hidup dari tingkat keparahan seperti itu. Dalam keadaan seperti itu, pasien bisa saja berbicara tapi bukan jaminan hal itu berarti mereka telah menunjukkan tanda-tanda kesembuhan, karena bisa saja mereka meninggal dan membuat harapan kosong bagi keluarga yang menunggu. Juma Gul bahkan sudah mencoba mencari pinjaman uang bagi biaya rumah sakit, namun ternyata infeksi telah menyebar. Dua minggu setelah ibunya membakar dirinya sendiri, Juma Gul hanya berdiri di sebelah pembaringannya saat dia menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Sumber : nytimes/lh3
Halaman :
1

Ikuti Kami