Afrika, Tempat Paling Religius Di Dunia

Internasional / 5 November 2010

Kalangan Sendiri

Afrika, Tempat Paling Religius Di Dunia

Lestari99 Official Writer
7730

Para peneliti telah menemukan tempat paling religius di bumi: Area tersebut berada di antara Gurun Sahara dan ujung selatan Afrika. Di tempat ini, Kekristenan diikuti dengan Islam menarik pengikut dalam jumlah yang tidak terlihat dalam 100 tahun.

Soweto. Kebanyakan orang akan mengingat tempat ini dalam peranan yang dimainkannya melawan perbedaan rasial. Dua puluh tahun setelah berakhirnya apartheid, di dalam kota terbesar di Afrika Selatan ini, gambaran lain muncul. Soweto berapi-api bagi Tuhan.

“Orang-orang berdatangan ke tempat ini dan benar-benar merasakan bahwa mereka telah bertemu dengan Tuhan,” ujar Pastor Mosa Sono dari Grace Bible Church di Soweto.

Lapar Akan Tuhan

Grace Bible Church adalah tempat di mana hal ini terjadi. Gereja ini dimulai pada tahun 1983 dengan segelintir orang. Saat ini ia memiliki lebih dari 15.000 jemaat dan 11 gereja satelit di seluruh Afrika Selatan. Lebih jauh gereja ini menjadi gereja terbesar di Soweto.

“Tuhan berkata jika engkau mencari Aku engkau akan menemukan-Ku, jika engkau merindukan-Ku, jika engkau mencari-Ku dengan segenap hatimu,” ujar Sono. “Saya pikir Afrika benar-benar lapar akan Tuhan.”

Afrika – Tempat Paling Religius Di Bumi

Buktinya adalah dari segi jumlah. Selama empat bulan, para peneliti melakukan pengecekan saling silang antara Afrika Selatan dan 18 negara-negara Afrika di sub sahara. Mereka mewawancarai lebih dari 25.000 orang secara langsung dalam 60 bahasa yang berbeda.

Lalu apa yang mereka temukan?

“Sangat jelas tempat ini merupakan tempat paling religius di bumi,” ujar Luis Lugo, direkur dari Pew Forum on Religion & Public Life.

Tim Lugo menemukan bahwa orang yang tinggal di bagian selatan Gurun Sahara dan terus memanjang ke ujung Afrika sedang mencari Allah sebagaimana tidak dilakukan wilayah manapun di dunia ini, termasuk Eropa dan Amerika Serikat.

Mayoritas orang-orang di daerah ini mengatakan agama sangat penting bagi mereka. Kebanyakan orang percaya kepada satu Tuhan, surga dan neraka. Mereka mengatakan bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan. Sejumlah besar orang percaya bahwa Yesus akan kembali dalam masa hidup mereka.

“Pentingnya agama dalam kehidupan masyarakat, kehadiran dalam pelayanan keagamaan, kepercayaan kepada Tuhan, untuk berdoa, dalam hal apapun Anda melihat, satu demi satu barisan Afrika berada pada tingkat tertinggi dalam hal perbandingan global,” ujar Lugo.

Pertumbuhan Kekristenan Dan Islam

Lugo mengatakan Kekristenan, khususnya, mengalami peledakan. Pada tahun 1900 ada 7 juta orang Kristen di sub-Sahara Afrika. Jumlah tersebut secara mengejutkan meningkat 70 kali sampai hari ini menjadi 470 juta. Orang Kristen terhitung 60 persen dari penduduk Afrika.

Pertumbuhan tersebut dalam hal perbandingan global maupun perbandingan sejarah harus menjadi salah satu transformasi agama paling cepat dalam sejarah Kekristenan selama 2.000 tahun terakhir.

Muslim juga mengalami peningkatan besar dari segi jumlah – dari 11 juta pada tahun 1900 menjadi sekitar 234 juta pada tahun 2010.

Kepercayaan Tradisional Masih Kuat

Namun tidak berarti keyakinan adat Afrika tidak dipraktekkan di benua tersebut. Survei menemukan bahwa setengah dari orang yang ditanyai di Afrika Selatan percaya bahwa pengorbanan kepada nenek moyang, bahkan kepada roh-roh, dapat melindungi orang dari bahaya.

Survei Pew juga menemukan bahwa di tengah dominasi Kristen dan Islam, keyakinan agama tradisional Afrika tidak berkurang.

CBN News menemui sekelompok penyembuh iman tradisional yang sedang mempersiapkan upacara.

"Kami percaya bahwa Tuhan dapat berbicara kepada kita melalui nenek moyang kita,” ujar salah seorang dukun desa. “Ada banyak orang terutama di desa-desa yang berpegang teguh pada hal ini dan juga praktek lainnya.”

Buah Dari Pekerjaan Misi

Meskipun demikian, misionaris Jacques Vernaud tidak pernah membayangkan pertumbuhan Kekristenan yang fenomenal pada hari-hari ini.

Lahir di pusat negara Afrika, Gabon, dengan orangtua yang berasal dari Swiss, Vernaud mengatakan ia baru berusia 20 tahun ketika pertama kali dipanggil Tuhan untuk menjadi misionaris di Afrika.

“Dan saya menghabiskan waktu selama bertahun-tahun untuk berjalan kaki sepanjang ratusan mil melewati hutan besar, hutan hujan, untuk mencapai beberapa desa terpencil, desa-desa kecil yang hanya dihuni 20-30 orang,” kenang Vernaud. “Pada hari-hari itu saya tidak pernah berkhotbah dalam jemaat yang besar.”

Lima puluh tujuh tahun kemudian, ia memimpin salah satu gereja terbesar di Republik Demokrasi Kongo. Vernaud memiliki 60 gereja lain di seluruh negeri.

“Kita tidak diselamatkan melalui agama, kita diselamatkan melalui seseorang, Yesus Kristus Sang Juru Selamat, dan dengan mentaati Firman Tuhan,” ujarnya.

Vernaud menjadi pendeta di La Bourne Church di ibukota Kinshasa. Seperti rekan-rekan pendetanya di Soweto, Vernaud berkata kesaksian kuasa Allah begitu nyata dalam kehidupan banyak orang.

“Tuhan sedang melakukan sesuatu yang spesial bagi Afrika di hari-hari ini,” ujarnya.

Afrika Paling Optimis

Di tengah hantaman kemiskinan, kelaparan, penyakit dan kelaparan yang harus dihadapi jutaan orang Afrika setiap hari, para peneliti menemukan bahwa mereka yang tinggal di Afrika memiliki tingkat pandangan optimis paling tinggi di dunia.

Temuan penting dari survei ini:

  • Banyak orang yang menyaksikan atau mengalami kesembuhan ilahi.
  • Banyak dari mereka berbicara dalam bahasa roh dan telah menerima nubuatan Ilahi.
  • Mayoritas orang Kristen menginginkan agar Alkitab dijadikan hukum resmi di negara mereka.
  • Dan mereka memiliki komitmen bersama untuk melihat para pemimpin politik mereka mencerminkan nilai-nilai Alkitabiah.

Kembali ke Soweto, pastor Mosa Sono senang bahwa Afrika menjadi terkemuka dalam hal pertumbuhan Kekristenan di seluruh dunia. Selama bertahun dia telah menyerukan para pria dan wanita di gerejanya untuk membawa panji-panji Kristus sampai ke ujung-ujung bumi.

“Kami datang dari sebuah sejarah dimana banyak hal dilakukan untuk kami,” ujar Sono. “Orang datang kepada kami untuk menceritakan tentang Kristus. Kami yang mereka sebut sebagai ‘benua hitam’. Tapi kami sadar sejarah berubah dan kamipun secara sengaja dan proaktif membicarakan Injil ke bagian lain dari dunia ini.”

Semangat itu dan juga tanda lainnya, ungkap para peneliti, menunjukkan dinamisme dan vitalitas rohani Afrika.

Sumber : cbn.com
Halaman :
1

Ikuti Kami