Hidup Lajang Di Tengah Dunia Berpasangan (2)

Single / 1 November 2010

Kalangan Sendiri

Hidup Lajang Di Tengah Dunia Berpasangan (2)

Lestari99 Official Writer
3701

Sebagaimana artikel sebelumnya, Yeremia menunjukkan 5 cara untuk bertahan dan terus tinggal dalam kesendirian. Kelima cara tersebut adalah:

1. Mengakui Panggilan Tuhan

Dalam pembukaan Kitab Yeremia dikatakan bahwa Yeremia diangkat menjadi nabi sebelum ia lahir. Tuhan menyatakan hal ini dalam Yeremia 1:5, “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.” Sama seperti Musa, Yeremia mempertanyakan kemampuannya untuk hidup sesuai dengan posisi yang ditunjuk oleh Tuhan. Namun, dengan cepat Tuhan meyakinkan Yeremia bahwa ia adalah orang yang tepat untuk tugas tersebut. Di tengah masa-masa kesepian dan periode merintis pelayanannya, Yeremia bisa kembali kepada Firman ini untuk kenyamanan dan juga dorongan yang dibutuhkannya. Jabatan Nabi Yeremia tidaklah terjadi begitu saja tapi karena Allah yang telah mentahbiskannya. Karena itu di masa itu bisa saja tidak ada seorangpun yang memperhatikan dan mengakui status kenabiannya, namun Yeremia dapat bercermin pada kenyataan bahwa Allah semesta alam mengenalnya. Pemahaman ini dan panggilan yang diembannya memiliki dasar ilahi, tanpa syarat dan tanpa surat kontrak.

Sebagai orang percaya, kita juga memiliki kepastian yang besar dengan mengetahui bahwa Allah telah memanggil kita sebelum kita lahir. Efesus 1:4-6 mengatakan, Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.” Tuhan mencari kita dan mengangkat kita untuk menjadi duta-Nya. Dalam masa kesendirian, saya seringkali lupa akan sebuah kebenaran yang begitu mengagumkan bahwa Sang Pencipta alam semesta ini, Tuhan Yang Maha Kuasa, mengenal saya dan IA peduli kepada saya. Ia adalah Bapa yang mengasihi saya ketika saya tidak mau dan tidak mampu untuk meresponi panggilan-Nya. Anak yang dikasihi-Nya dijadikannya manusia sehingga saya pun bisa menjadi anak-Nya.

Perhatikan bahwa Tuhan juga memberikan ketentuan sesuai dengan panggilan tersebut. Tuhan berjanji pada Yeremia bahwa ia akan dibebaskan dari musuh-musuh-Nya (Yer. 1:8) dan bahwa ia akan menerima kata-kata yang diperlukannya untuk berbicara (Yer. 1:9). Dan saat Yeremia meragukan dirinya, Tuhanlah yang akan menyediakan apa yang diperlukannya.

Terkadang karunia untuk melajang tampaknya terlalu berat untuk ditanggung. Menantikan Tuhan dan meninggalkan hasrat pribadi dan menikmati keadaan saya saat ini sepertinya luar biasa. Saya sudah lama merindukan dekat dengan seseorang secara intim dan agar seseorang mengenal saya. Semoga kita tidak lupa bahwa kita memiliki Tuhan yang mengenal kita secara intim dan merindukan kasih sayang kita.

Sebagaimana dicatat oleh Daud dalam Mazmur 68, Tuhan peduli kepada kita dan ‘membuat rumah bagi mereka yang kesepian’ (ayat 6). Dan di dalam Perjanjian Baru kita diingatkan bahwa Tuhan penuh kasih yang sama tidak akan pernah membiarkan maupun meninggalkan kita (lihat Ibrani 13:5).

2. Percayalah Pada Kendali Tuhan

Untuk mengetahui kebenaran adalah satu hal, namun untuk bertindak atas hal tersebut adalah hal lain. Sangat mengagumkan untuk mengetahui bahwa Yesus mengasihi saya, namun peristiwa dalam kehidupan dan kurangnya hubungan pribadi dengan Tuhan seringkali menggambarkan sebaliknya. Pertanyaan tak terjawab ini masih tersisa di dalam kesendirian: Jika Yesus benar-benar mencintai saya, tidak bisakah Ia menyediakan minimal satu atau dua teman dekat untuk menemani ‘karunia’ kelajangan ini? Jika Yesus benar-benar mencintai saya, tidak bisakah Ia menghapus beberapa rasa sakit akibat kehilangan pasangan? Jika Yesus benar-benar mencintai saya, tidak bisakah ia menghilangkan beberapa beban keuangan karena saya harus membesarkan dua orang anak sendirian? Dan daftar ini bisa terus berlanjut.

Yeremia mengajukan pertanyaan yang sama dalam pelayanannya.menyadari bahwa Tuhan mengenal dirinya (Yer. 15:15). Nabi meratap ini mengingatkan Tuhan akan bebagai pelayanan yang telah dilakukannya – menderita demi Tuhan, menerima dan bersukacita akan Firman Tuhan, tinggal dalam pendiriannya demi Tuhan, dan terus bertahan dalam kesulitan karena Tuhan (Yer. 15:15-17). Hanya dalam tiga ayat ini saja, Yeremia menyebut dirinya sendiri sampai 15 kali dan menyatakan bahwa setiap tindakan khusus dilakukan atas nama Tuhan. Yeremia menyimpulkan bahwa semua hal itu adalah pencapaian yang berhasil dilakukannya bagi Tuhan dan mempertanyakan setiap karakter Tuhan. Yeremia menangis, Mengapakah penderitaanku tidak berkesudahan, dan lukaku sangat payah, sukar disembuhkan? Sungguh, Engkau seperti sungai yang curang bagiku, air yang tidak dapat dipercayai.” (Yer. 15:18). Acuan untuk sebuah ‘sungai yang curang’ seperti orang asing di padang pasir yang mengamati munculnya sebuah sungai dari jarak jauh dan ketika dihampiri sungai itu hanyalah sebuah fatamorgana. Akibatnya, Yeremia menuntut penjelasan dari Tuhan. Apakah Tuhan benar-benar menepati Firman-Nya? Apakah Tuhan dapat diandalkan? Di manakah Tuhan ketika salah satu dari para nabi-Nya membutuhkan bantuan?

Tanggapan Tuhan kepada Yeremia dalam ayat-ayat berikutnya mengingatkan saya tentang seorang ibu yang sedang berinteraksi dengan anaknya yang masih balita. Tuhan dengan penuh kasih dan sabar meyakinkan dan menegaskan kembali janji-janji dasar yang dibuat-Nya untuk Yeremia dalam pasal 1. Jika Yeremia kembali kepada panggilan kenabian dan Firman Tuhan yang telah duicapkan-Nya, Yeremia akan dibebaskan dari musuh-musuhnya. Tuhan tidak akan membiarkan para penindas Yeremia mengambil nyawanya.

Percaya pada Tuhan walaupun keadaan membutuhkan kita untuk merenungkan janji-Nya dan refleksi atas tindakan terakhir-Nya. Sebelumnya kita mengamati Mazmur 13 dimana Daud, seperti Yeremia, mempertanyakan kasih dan kemampuan yang disediakan Allah. Dalam ratapannya, Daud menyadari bahwa Firman Tuhan itu pasti dan Tuhan telah memberikan anugerah dan kebaikan di masa lalu. Keyakinan kita tidak berakar pada pengharapan yang salah atau mimpi yang fantastis. Keyakinan kita di dalam kasih Tuhan bagi kita dan tangan-Nya yang penuh kuasa menunjukkan siapa diri-Nya dan apa yang telah dilakukannya bagi kehidupan kita. Meskipun kesepian menyerang dan dengan pemahaman yang ia miliki bahwa dirinya akan menjadi lajang selamanya (Yer. 16:1-9), Yeremia dengan percaya diri mengatakan bahwa Tuhan adalah “kekuatanku dan bentengku, tempat pelarianku pada hari kesesakan!” (Yer. 16:19). Yeremia melanjutkan pujian kepada Allah ini dengan mengatakan bahwa mereka yang percaya kepada Tuhan dan menempatkan harapan mereka di dalam Tuhan akan diberkati (Yer. 17:7). (bersambung... )

Sumber : cbn.com
Halaman :
1

Ikuti Kami