Anda kemungkinan besar telah mendengar bahwa alkohol menyebabkan depresi. Nah, begitu juga dengan pornografi dan masturbasi. Apa yag saya maksud? Jika Anda belum mengalami hal ini maka Anda pada akhirnya akan kecanduan baik pornografi maupun masturbasi. Ada kegembiraan dan juga perasaan kurangnya kontrol diri yang mengikuti kecanduan ini.
Alkohol agak sedikit lebih mudah bagi seseorang intuk memahaminya ketika ia menyadarinya sebagai sebuah kecanduan. Sangat sederhana bukan, bagaimana Anda memasukkan zat yang tidak sehat ke dalam tubuh. Biasanya, apapun yang tidak sehat secara fisik juga tidak sehat secara mental karena Anda tidak merasa baik sebagaimana seharusnya. Jadi, bagaimana pornografi dan masturbasi dapat disamakan dengan hal ini?
Jika Anda setuju bahwa pornografi maupun masturbasi dapat menjadi adiktif, maka Anda setuju bahwa hal itu juga tidak tepat bagi kesehatan fisik dan mental Anda. Dengan kata lain, hal itu tidak dapat dimasukkan ke dalam gaya hidup sehat dan lebih banyak menyebabkan rasa sakit daripada kegembiraan. Apapun yang mempengaruhi pikiran akan mempengaruhi tubuh. Ketika Anda terlibat dalam kegiatan mental yang tidak sehat, maka Anda akan mengalami konsekuensi baik gangguan mental maupun fisik. Konsekuensi-konsekuensi ini biasanya berada setingkat dengan depresi atau kelesuan.
Jadi kenapa kecanduan terhadap pornografi dapat menyebabkan depresi? Alasannya adalah Anda bisa ‘terjebak dalam lubang’ dan tidak mengerti mengapa. Pecandu alkohol akan terus minum karena mereka memiliki perasaan depresi dan terus-menerus mulai percaya bahwa tidak ada cara lain untuk menghilangkan perasaan depresi selain minum lagi. Hal yang sama berlaku bagi pornografi dan masturbasi. Anda merasa bersalah ketika melakukannya namun pada hari berikutnya Anda akan kembali melakukan ke satu-satunya sumber kegembiraan sesaat yang Anda tahu. Obat-obatan dan alkohol tidak adiktif karena menimbulkan rasa sakit. Pornografi dan masturbasi menjadi candu karena perilaku ini merupakan siklus konstan dari naik turunnya perasaan yang bersifat sementara.
Ada cara untuk keluar dari siklus yang menyedihkan ini. Tentu saja tidak mudah tapi juga tidak sesulit yang Anda bayangkan. Bahkan saya akan membandingkan hal itu seperti orang yang mulai pergi ke gym setiap hari. Awalnya tidak mudah namun begitu Anda menemukan irama kerutinannya, akan lebih mudah bagi Anda untuk melakukannya.
Sama seperti alkohol maupun narkoba, ada periode detoksifikasi dan penyesuaian yang Anda butuhkan untuk bertahan sebelum akhirnya bebas dari keinginan kuat untuk kembali melakukannya. Periode waktu ini biasanya tampak tak tertahankan bagi kebanyakan orang sehingga akhirnya menjadi alasan untuk tetap berada dalam lingkaran kecanduan. Hal yang sangat menarik adalah tubuh sangat mudah beradaptasi dan dapat menyesuaikan diri dalam hitungan hari atau minggu. Tidak berarti pertempuran telah berakhir namun akan terasa lebih mudah dari sebelummnya. Selalu ada kemungkinan untuk kambuh jika Anda lalai, sebagaimana jika Anda malas untuk melakukan aktifitas rutin Anda untuk ke gym setiap hari.
Sebuah fakta biologis yang harus saya tekankan dan mungkin dapat berkontribusi terhadap depresi yang Anda alami berkaitan dengan melihat pornografi dan melakukan masturbasi. Sebuah penelitian menunjukkan prolaktin yang juga merupakan hormon rileks setelah orgasme, dilepaskan 4 kali lebih besar jika Anda melakukannya dengan pasangan daripada ketika orgasme dilakukan sendiri. Hal ini dikarenakan Anda tidak menggunakan tubuh seperti yang dirancang untuk digunakan. Dan alasannya adalah karena faktor emosi. Emosi, bahkan bagi seorang pria, adalah bagian besar dari sebuah ikatan seksual dan orgasme ‘seutuhnya’. Tanpa hubungan emosional yang tepat, Anda akan kehilangan sebagian besar dari persamaan dalam kepuasan yang sesungguhnya dari sebuah ikatan seksual. Anda pada dasarnya mencoba untuk memenuhi keinginan dan kekosongan yang dalam dengan sesuatu yang tidak akan pernah memuaskan Anda. Oleh karena itulah hal ini disebut sebagai siklus kecanduan.
Sumber : newlifehabits