Apakah pernikahan Kristen bisa selamat setelah adanya perselingkuhan? Ya, itu terjadi pada saya!
Saat Ron dan saya menikah pada tahun 1978, kami berdua percaya adalah tugas orang lain untuk ‘membuat saya bahagia!' Dengan segera kami mendapatkan bahwa hal itu tidak mungkin.
Aku komplain dan mengkritik bagaimana kami melewati tahun pertama kami dan kemudian Ron membalasnya dengan pembelaan, "Aku menjadi suami yang tidak baik karena kamu merupakan istri yang tidak baik." Kemarahan dan sakit hati kami berkembang sampai menutupi rasa cinta kami.
Pada saat itulah aku bertemu Jake. Menurut dia aku cantik, menyenangkan dan pintar. Dia hanya melihat yang baik dalam diriku dan dia menhujaniku dengan pujian. Kami bekerja pada perusahaan yang sama, jadi sangatlah mudah bagi kami untuk menghabiskan waktu bersama-sama. Kami mulai janjian untuk makan siang, makan malam, dan pada akhirnya, hidangan penutup.
Pada akhir 1980, aku berkata pada suamiku apa yang dia sudah tahu, "Pernikahan kita sedang menuju kehancuran... Kita berdua menderita...". Lalu aku mengejutkannya dengan melanjutkan perkataanku, "Jadi, aku butuh waktu untuk berpikir. Aku pindah...". (Aku tidak mengatakannya tentang Jake).
Dia memohon-mohon padaku, "Aku tidak akan berteriak-teriak padamu lagi, aku akan menjadi suami yang lebih baik... Kita mulai pergi ke gereja lagi... Kumohon jangan pergi...". Aku tidak memperdulikan permohonannya dan pindah ke hotel.
Jake dan aku mulai membuat rencana rahasia untuk masa depan kami. Dia sudah menikah dan punya dua anak, tapi dia akan meninggalkan mereka, demi aku.
Aku dengan sengaja membiarkan orang tuaku yang Kristen tidak tahu mengenai masalah dalam pernikahanku. Ibuku memiliki hubungan dengan Tuhan yang membuat aku gelisah, dan aku takut dia akan ‘tahu' ada sesuatu yang tidak beres. Karena dia tinggal di daerah yang berbeda, aku bisa menyembunyikan rahasiaku... untuk sementara.
Suatu hari, ketika Ron pergi selama beberapa jam, aku pergi ke apartemen kami untuk mengepak beberapa barang-barangku. Tidak lama setelah aku tiba, ibuku menelpon. Dia bertanya, "Sayang, kamu tidak apa-apa?"
"Tentu ma, aku baik-baik saja." Aku berbohong.
"Aku rasa kamu tidak baik-baik saja. Aku rasa kamu sedang dalam suatu masalah karena tadi malam aku terbangun dan merasa terdorong untuk mendoakanmu. Aku ingin kamu berbicara dengan papamu."
Aku berpikir sekarang aku sedang dalam masalah. Aku tidak pernah bisa berbohong pada papaku.
"Halo,pa!" bisikku.
"Halo sayang, mamamu yakin kalau kamu sedang membutuhkan doa tengah malamnya. Apakah benar?"
Aku ragu-ragu, namun karena pada akhirnya aku harus mengatakan pada mereka, aku pun berkata, "Ya. Pernikahanku... sedang dalam masalah."
"Ceritakan semuanya pada kami."
Aku mengambil nafas yang dalam, dan berkata, "Aku telah keluar dari rumah dan aku akan mengajukan cerai."
Hening selama beberapa lama. Kemudian ibu berkata, "Nancy, kami mencintaimu. Kami tidak akan mendukungmu meninggalkan Ron. Pernikahan adalah ikatan yang kudus. Apakah Ron melakukan perzinahan? Apakah dia pernah memukulmu?"
"Tidak."
"Maka kamu tidak punya dasar yang alkitabiah untuk bercerai dengannya. Kamu akan jauh dari kehendak Tuhan apabila kamu melakukannya."
Aku tidak pernah memikirkan mengenai kehendak Tuhan selama beberapa bulan. Aku merasakan gelombang panik dan teleponnya terasa panas di tanganku. Aku tidak bisa mengaku sepenuhnya tapi aku mengakui, "Selama ini aku tidak menjadi istri yang baik."
Ayah berkata dengan lembut, "Tapi itu bisa berubah. Sekarang kamu telah jujur mengenai dirimu dalam masalah ini. Tuhan bisa memulihkan pernikahanmu jika kamu memintanya."
Ibu berkata, "Aku rasa kita harus berdoa."
Ayah berdoa, "Tuhan, Raja segala raja, kami menyembahmu dan memuliakan namaMu. Terima kasih untuk anugerahMu pada anak kami. Bawa dia mendekat padaMu dan peluk dia di dalam tanganMu yang penuh dengan kasih. Bimbing dia kembali pada sinarMu. Tolong dia untuk mengakui kesalahannya pada Ron, dan kepadaMu, Tuhan. Mohon bantu mereka berdua untuk kembali membiarkan Engkau bertahta dalam kehidupan mereka dan pernikahan mereka. Biarlah malam ini menjadi titik balik. Dalam nama Yesus kami berdoa, amin."
Ibu sepakat, "Amin."
Aku yakin mereka menunggu aku mengatakannya juga. Tapi aku tahu apa artinya kata amin, ‘biarlah itu terjadi', sedangkan aku tidak yakin aku menginginkan apa yang dia doakan terjadi. Pikiran mengenai melepaskan hubunganku dengan Jake rasanya sangat berat, jadi aku hanya berkata, "Terima kasih pa... ma... aku akan menunggu Ron. Aku akan menelpon kalian besok pagi. Selamat malam." Kemudian aku menutup telepon dengan cepat.
Doa mereka mulai melembutkan hatiku dan aku bertanya-tanya apakah ada jalan keluar dari kekacauan yang telah aku buat ini. Aku pergi ke ruang tv, duduk di sofa, memeluk bantal, dan berseru kepada Tuhan. Aku telah menghindar dariNya selama berbulan-bulan. Kesalahan, rasa malu dan dosaku telah mebangun sebuah tembok di antara kami. Tapi kuruntuhkan tembok itu, bata demi bata, setelah aku mengaku setiap dosaku, dan membiarkan CahayaNya masuk.
Aku berdoa, "Tuhan, nyatakanlah kehendakMu di dalam hidupku." Kemudian aku ingat kata-kata sederhana yang Yesus katakan kepada wanita sundal. "Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi." Aku tahu persis apa yang harus kulakukan. Kuserahkan keinginan dan hatiku kepada Tuhan dan meminta kekuatan untuk berpisah dengan Jake dan mengakui semuanya kepada Ron.
Sewaktu aku menceritakan kepada suamiku dan memohon pengampunan darinya, dengan ajaibnya dia memilih untuk mengampuniku.
Kami berdua menelpon Jake. Aku menangis saat aku meminta maaf dan menjelaskan padanya mengapa aku harus berhenti dari pekerjaanku dan mengapa aku tidak bisa bertemu dengannya lagi. Ron dan aku memintanya untuk tidak menelpon atau menghubungi aku lagi dan dia setuju untuk meghargai permintaan kami. Aku mengatakan padanya bahwa aku berharap dia rekonsiliasi dengan istrinya dan memulihkan kembali keluarganya. Pada saat kami mengucapkan selamat tinggal, kami bertiga menangis, untuk tiga alasan berbeda.
Perasaanku pada Jake belum berubah. Aku masih ‘jatuh cinta' padanya tapi aku memilih untuk tetap bertahan dengan suamiku. Hal itu dapat terjadi karena kepatuhan pada awalnya, tapi kemudian pada saat aku memutuskan untuk melakukannya dengan hati, pada akhirnya perasaan mencintai mulai muncul. Ron dan aku merayakan ulang tahun pernikahan kami yang ke-29 dan aku bersemangat sekali untuk mengatakan pada kalian bahwa kami jatuh cinta begitu dalam dan lembutnya. Satu sama lain!! Kami adalah bukti hidup bahwa tidak ada pernikahan yang tidak bisa diperbaiki.
Sumber : Nancy C. Anderson - CBN.com