Harry Potter disukai oleh jutaan anak-anak dan orang dewasa, bahkan Harry Potter mampu menarik perhatian secara luas dari Kristen fundamental yang mengatakan bahwa buku tersebut merupakan buku yang sarat dengan kehitaman. Para jemaat di Christ Community Church (Gereja Komunitas Kristus) di Alamogordo yang terletak di bagian selatan New Mexico bahkan membakar buku tersebut karena mengklaim bahwa ‘di balik wajah tak berdosa itu ada kekuatan hitam setan yang nyata’.
Tidak dengan Rev. Dr. Stephen Holmes yang mengatakan bahwa Harry Potter seharusnya dilihat seperti figur kekristenan karena dia mempromosikan nilai-nilai Alkitab. Pemimpin Pendidikan Agama di Universitas St. Andrews ini mengatakan bahwa para pengkritik terlalu terburu-buru dalam menghina serial buku yang fenomenal tersebut.
Setelah ada kabar Harry Potter yang tidak ‘Tuhan sekali’, dia kemudian langsung membaca buku tersebut dan dia mengemukakan bahwa buku-buku Harry Potter sangat jelas sekali menganut nilai-nilai Kristen. katanya, “Apa yang Anda butuhkan untuk menyukseskan Hogwarts (Sekolah tempat Harry Potter bersekolah)? Keberanian, pengorbanan diri, logika yang hati-hati, dan tidak egois. Itu merupakan daftar nilai-nilai Kristen. Sikap-sikap yang direkomendasikan dalam buku Potter sangat Kristen.”
Dr. Holmes juga mengatakan bahwa inspirasi Alkitab menjadi sangat nyata dalam buku terakhirnya, Harry Potter And the Deathly Hallows, yang filmnya akan dirilis bulan depan. Dia menunjuk kepada penyesalan dimana tukang sihir harus berkonfrontasi dengan Lord Voldemort di akhir. Dia mengatakan, “Apa yang terjadi memberikan impresi yang kuat bahwa Harry meninggal, menemukan hidup setelah kematian di tempat yang disebut King’s Cross – referensi langsung dari pandangan Kristen – dan hidup kembali.”
“Efek dari kematiannya membuat yang jahat tidak berkutik. Itulah pesan Kristen yang hampir tidak mungkin tidak bisa dikenali. JK Rowling tidak mengatakan bahwa Anda harus menjadi tukang sihir. Dia mencoba membayangkan dunia secara magis dan sihir menjadi nyata dan itu merupakan perbedaan yang penting.”
Sang penulis buku, seorang jemaat gereja yang rajin pergi ke gereja dimana anaknya Jessica dibaptis di Gereja Scotland, sebelumnya menekankan bahwa buku-bukunya tidak mempunyai pandangan agamawi sedikitpun. Di tahun 2007 dia katakan, “Saya tidak ingin mengubah siapapun menjadi Kristen. Saya tidak mencoba melakukan apa yang dilakukan CS Lewis (penulis Chronicles of Narnia). Sangatlah mungkin untuk hidup dalam kehidupan moral tanpa percaya Tuhan, dan saya pikir sangat mungkin untuk hidup dalam kehidupan yang dibumbui dengan penyakit dan percaya kepada Tuhan.”
Memang wacana yang dikemukakan oleh Stephen Holmes ini kebalikan dari opini kebanyakan masyarakat Kristen tentang Harry Potter. Mungkin ada yang setuju, mungkin banyak yang tidak setuju. Apakah Harry Potter benar-benar sesat ataupun tidak, biarlah waktu yang menjawab semua itu.